Kedua alutsista yang dimiliki TNI AU itu digunakan sewaktu Indonesia mempersiapkan diri dalam upaya pertempuran merebut Irian Barat dari tangan Belanda.
Alutsista itu tergolong “jawara†di kelasnya. Diakui memiliki daya gentar
(deterrent) amat tinggi. Sampai-sampai TNI AU (waktu itu AURI) mendapat predikat “AU terkuat di belahan bumi selatanâ€
(the most powerful air force in the southern hemisphere).
Pertama adalah rudal pertahanan udara (hanud) jarak menengah-jauh
S-75 Dvina. Kedua adalah pesawat pembom berat
Tu-16. Dua alutsista buatan Uni Soviet (sekarang Rusia) ini sangat ditakuti di jamannya.
Rudal hanud jarak menengah
S-75 Dvina diberi kode desainasi
SA-2 Guideline oleh AS dan NATO.
Dvina memiliki jangkauan tembak sekitar 45-60 km dan mampu menembak target yang terbang hingga di ketinggian 66.000
feet (sekitar 22 km di atas permukaan laut). Rudal ini bisa diluncurkan dari peluncur
(launcher) statis maupun bergerak
(mobile), dari atas truk. Saat kampanye Trikora tahun 1960-an, AURI memiliki kedua versi peluncur tersebut.
Meskipun rudal hanud ini tak sempat beraksi saat Operasi Trikora, namun kehadirannya membuat kekuatan militer Indonesia disegani bahkan oleh Amerika sekalipun.
Rudal S-75 (SA-2) ini ditakuti lantaran terbukti ampuh
(battle proven). Rudal inilah yang tahun 1960 membuat geger setelah berhasil menembak jatuh pesawat pengintai
U-2 milik Amerika yang mampu terbang amat tinggi.
Kendati tidak beroleh suku cadang, pasca memburuknya hubungan dengan Soviet akibat peristiwa G30S-PKI, namun TNI AU masih mampu mengoperasikan
Dvina sampai akhir dekade 1970-an.
Sejak awal 1980-an hingga sekarang Indonesia belum memiliki lagi rudal hanud sekelas ini. Tahun 2017 lalu terbetik berita Indonesia membeli sistem rudal hanud menengah
NASAMS dari Norwegia. Namun hingga kini belum jelas benar kapan akan datang (dan apakah jadi datang).
Selain
S-75, pesawat pembom
Tu-16 merupakan aset lain TNI AU yang sempat membuat Indonesia disegani. Pesawat pembom strategis ini diberi kode desainasi
“Badger†oleh AS dan NATO. Pembom ini memiliki jangkauan tempur hingga lebih dari 7.000 km. Membuatnya mudah mencapai Irian Barat (Papua) walau terbang dari Madiun sekalipun.
Tak tanggung-tanggung, Bung Karno kala itu memborong 26 unit
Tu-16 untuk AURI. Ada dua versi yang dimiliki AURI yaitu
Tu-16 (versi pembom konvensional, sejumlah 14 unit), dan
Tu-16KS (versi peluncur rudal anti kapal, sebanyak 12 unit).
Dalam perencanaan Operasi Trikora,
Tu-16 diserahi tugas untuk membom posisi-posisi Belanda di Irian Barat. Sementara
Tu-16KS khusus untuk mencari dan menenggelamkan kapal induk
Karel Doorman milik AL Belanda. Senjata andalan
Tu-16KS kala itu adalah sepasang rudal anti kapal
KS-1 Kennel yang merupakan salah satu rudal jelajah tercanggih di masanya.
Mengingat situasi geopolitik dunia sekarang, para pengamat militer berpandangan, TNI AU agak sulit memiliki pesawat kombatan sekelas
Tu-16. Berjangkauan jauh, berdaya muat banyak dan bernilai strategis. Kini di dunia tinggal tiga negara yang memiliki dan mengoperasikan bomber strategis yaitu AS, Rusia dan China.