Survei yang bekerjasama dengan Merial Institute, menemukan hanya 6,98 persen responden mengaku pernah menemukan materi ceramah di masjid berisi ajakan untuk memusuhi agama dan etnis tertentu.
"Dan hanya 2,03 persen responden yang setuju dengan materi ceramah tersebut," kata Ketua Departemen Kaderisasi DPP DMI Arief Rosyid Hasan di kantor PP DMI, Jalan Jenggala, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (27/7).
Pihaknya mengatakan, selain khawatir dengan isu sara dan penyebar kebencian, survei tersebut juga membantah kalau masjid digunakan untuk tujuan politik praktis.
"Masih ada (materi ceramah politik praktis) tapi tidak signifikan," jelasnya.
Hanya, sambung Arief, 15,56 persen responden pernah menemukan materi ceramah berisi ajakan politik praktis di masjid dan hanya 15,54 persen responden yang setuju dengan materi ceramah tersebut.
Survei yang dilakukan pada 17-21 Juli 2018 dengan responden sebanyak 888 orang pemuda Islam berusia 16-30 tahun yang tinggal di 12 kota besar yakni Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang, Bogor, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, Medan dan Palembang.
Pengumpulan data menggunakan pengisian kuesioner pada platform daring Google Forms dengan metode
purposive sampling.
[fiq]
BERITA TERKAIT: