Demikian disampaikan intelektual muda Nahdatul Ulama (NU), Zuhairi Miswari, dalam diskusi "Isu Kedatangan Habib Rizieq dan Potensi Gaduh di Tahun Politik", di D'Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Sabtu (17/2).
Menurut dia, Indonesia saat ini dihargai dunia karena iklim demokrasinya, kehidupan Islam moderatnya, dan peran diplomasi internasionalnya.
Lebih khusus, dunia mengapresiasi Indonesia atas sikapnya terhadap pembantaian etnis Rohingya di Myanmar. Apalagi, Presiden Joko Widodo adalah satu-satunya presiden yang mendatangi Cox's Bazar, kota tempat penampungan pengungsi Rohingya di Bangladesh.
"Juga Presiden datang ke Afghanistan saat ada ancaman teror bom, dan mendorong kemerdekaan Palestina dalam pidatonya di OKI," ujar Zuhairi.
Dilanjutkan Zuhairi, Indonesia tengah menjadi harapan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kiblat dunia untuk menciptakan perdamaian.
Sebab itu, akan menjadi noda besar jika masyarakat dalam negeri Indonesia gagal untuk menciptakan situasi dan kondisi yang tenang dan damai.
Ia pun secara khusus menyorot rencana kepulangan tokoh Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab, ke Indonesia dari Timur Tengah.
"Sesuatu yang sederhana jangan dijadikan rumit," ungkapnya.
Ia berharap kepulangan Rizieq dipermudah dengan tanpa adanya mobilisasi massa atau pendudukan terhadap Bandara Soekarno-Hatta. Jika terjadi, hal tersebut tentu menciptakan preseden buruk bagi iklim investasi dan stabilitas ekonomi.
"Ya sudah pulang. Hadapi hukum kalau dia harus ditangkap atau dipenjara, ya sudah. Banyak kok tokoh-tokoh politik yang masuk penjara," tegas Zuhairi.
[ald]
BERITA TERKAIT: