Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Menhan: Bela Negara Patahkan Ancaman Konvensional Dan Ideologis

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Selasa, 19 Desember 2017, 14:47 WIB
Menhan: Bela Negara Patahkan Ancaman Konvensional Dan Ideologis
Foto: Istimewa
rmol news logo Menteri Pertahahan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengingatkan, saat ini ada dua jenis dimensi ancaman yang akan dihadapi oleh Indonesia. Ancaman tersebut termasuk perang terbuka atau konvensional serta ancaman terorisme dan radikalisme.

"Perang terbuka atau konvensional antar negara saat ini mungkin saja terjadi. Meskipun, ancaman ini terbilang masih sangat kecil. Tetapi, tetap harus dipersiapkan karena sewaktu-waktu dapat berubah menjadi ancaman nyata apabila Keutuhan dan Kedaulatan serta keselamatan Bangsa dan Negara terganggu dan diserang," kata Menhan dalam keterangannya saat seminar nasional bela negara dies natalis ke-68 Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Selasa (19/12).

Dalam kesempatan tersebut Menhan juga menyinggung soal ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan kedaulatan bangsa di masa kini.

Menurutnya, ancaman terorisme dan radikalisme, separatisme dan pemberontakan bersenjata, bencana alam dan lingkungan, merupakan ancaman nyata yang saat ini sedang dihadapi Indonesia.

Selain itu juga ada pelanggaran wilayah perbatasan, perompakan dan pencurian sumber daya alam, wabah penyakit, perang siber dan intelijen.

"Termasuk peredaran dan penyalahgunaan narkoba harus kita waspadai," ujar Menhan seperti keterangan yang diterima redaksi.

Selain ancaman fisik tersebut, kata Menhan, Indonesia juga akan menghadapi ancaman non-fisik yang dampaknya akan lebih besar. Ancaman dan tantangan tersebut berupa serangan ideologis dengan kekuatan soft power yang berupaya untuk merusak "mindset" dan jati diri bangsa Indonesia.

Serangan ideologis inilah, tegas Menhan, yang sering disebut dengan istilah perang modern atau istilah saat ini proxy war, jenis perang baru tanpa perlu berhadapan secara fisik.

"Mereka melalui upaya sistemik guna melemahkan dan menghancurkan benteng ideologi suatu bangsa," ungkap Menhan.

Guna menghadapi potensi ancaman-ancaman tersebut di atas diperlukan adanya Wawasan Kebangsaan yang kuat dari seluruh Rakyat Indonesia agar tidak mudah dipengaruhi dan terprovokasi oleh upaya pencucian otak dari kelompok tertentu.

Oleh Karena itu, dirinya mengaku telah mendesain Strategi Pertahanan Negara dengan mengedepankan nilai-nilai perjuangan yang lahir dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia yaitu perjuangan yang menerapkan konsep Perang Rakyat Semesta yang didukung oleh kekuatan TNI beserta Alutsistanya.

"Strategi Pertahanan tersebut merupakan strategi perang khas Indonesia yang telah menghantarkan bangsa Indonesia meraih kemerdekaannya, dan menjadikannya suatu negara-bangsa yang sejajar dengan bangsa-bangsa merdeka lainnya di dunia," jelasnya.

Selain itu, Menhan juga menyebut, kesadaran bela negara juga sangat penting dalam upaya memerangi hal tersebut selaras dengan perang melawan kemiskinan dan kebodohan.

Dengan kesadaran bela negara yang tinggi, ditegaskan Menhan, akan dihasilkan warga negara Indonesia yang mengenal Jati diri dan amanahnya bagi bangsa dan negara ini.

Dengan demikian seluruh warga negara akan berupaya untuk terus belajar dan berkarya bahu membahu untuk membangun bangsa dan negaranya," demikian Menhan.

Turut hadir dalam seminar tersebut Kapolri Jendral Tito Karnavian, Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum (Ditjen Polpum) Kemdagri, Mayjen Soedarmo dan sejumlah civitas akademika UGM.[mel]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA