Latihan ini untuk mengantisipasi dan merespon kemungkinan terjadinya kontijensi aksi teror yang mengancam kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, terutama menghadapi pelaksanaan Pemilu 2014.
Dalam amanat yang dibacakan Kasum TNI, Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan bahwa ancaman terorisme bukanlah hal baru, namun terorisme tetap menjadi hal yang aktual dan terus berkembang seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan tingginya pergerakan manusia antar negara.
"Latihan ini tidak saja mengembangkan kemampuan taktis dan teknis penanggulangan terorisme, namun latihan ini perlu dikembangkan kearah manajemen pencegahan dan penanggulangan yang komprehensif termasuk manajemen analisa informasi karena perkembangan tersebut akan menentukan skenario latihan," ujar Panglima TNI.
Pola aksi terorisme, lanjut Panglima TNI, telah berubah dari pola tradisional ke pola baru dan modern. Hal tersebut ditandai dengan aksi terorisme secara mandiri, struktur organisasi lokal dan linier terpisah, struktur yang tidak jelas, komando pengendalian yang flat (tidak bersifat atas bawah namun mendatar).
Sementara itu, Dankorpaskhas TNI AU Marsda TNI M. Harpin Ondeh selaku Direktur Latihan menyampaikan bahwa latihan dibagi dalam dua tahap, yaitu, Latihan Posko yang dilaksanakan mulai tanggal 24-25 Januari 2014 di Batalyon Komando 461 Paskhas Jakarta, sedangkan Latihan Lapangan dilaksanakan dari tanggal 27-29 Januari 2014.
Peserta latihan yang terlibat sebanyak 507 orang, terdiri dari 35 orang penyelenggara, 55 personel Sat-81 TNI AD, 37 personel Denjaka TNI AL, 38 personel Satbravo 90 TNI AU, 5 personel Bais TNI dan 337 orang unsur pendukung.
[ald]
BERITA TERKAIT: