Dalam rapat kerja Komisi III dengan Kapolri di Gedung DPR, kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, beberapa saat lalu (Senin, 16/9), Dewi menuturkan bahwa intelijen kepolisian yang "memble" tidak bisa diterima akal sehat karena anggaran untuk kepolisian sudah memadai.
"Anggaran ke Polri sudah cukup besar, kenapa fungsi intelijennya memble dan fasilitasnya seadanya saja? Wajar ada anggapan masyarakat bahwa intelijen Polri lebih buruk dari intelijen TNI," lontar Dewi di muka Kapolri.
Dia menyoroti selama ini terjadi banyak kekerasan massa di daerah-daerah yang terkesan dibiarkan oleh aparat. Intelijen yang lemah tak mampu mengendus potensi rusuh yang ada.
"Seakan tidak ada penegakan hukum dan terjadi pembiaran," tegasnya.
Dia pun menganggap aksi-aksi pembakaran kantor polisi yang sempat marak di beberapa daerah dapat dipicu oleh keberpihakan yang salah dari Polri dalam menangani suatu kasus.
"Keberpihakan aparat polisi ke kelompok pengusaha. Polisi bukan jadi pengayom melainkan jadi centeng pemodal. Bisa saja masyarakat marah melihat sikap polisi seperti itu," ucapnya pedas.
Terakhir, Dewi menyerukan kepada para petinggi Polri di pusat agar memperhatikan kinerja dan kesejahteraan para polisi berpangkat rendah di daerah-daerah.
"Jangan sampai para petinggi Polri ini tak pikirkan nasib polisi berpangkat rendahan di daerah," serunya.
[ald]
BERITA TERKAIT: