"Akan kita ambil keterangannya, seperti apa latar belakangnya, apakah pelaku ada keterkaitan dengan pengawalan ini? Mudah-mudahan kasus ini dapat kami ungkap dengan asumsi-asumsi kemungkinan masalah pengawalan, pribadi, juga keterkaitan dengan penembakan-penembakan sebelumnya," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Ronny Franky Sompie, di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (11/9).
Sementara ini, Polri belum bisa menyimpulkan penembakan kemarin malam di depan Gedung KPK dengan rangkaian penembakan sebelumnya. Polri juga tak mau buru-buru menyimpulkan bahwa pelaku rangkaian teror adalah bagian dari jaringan teroris Abu Roban.
"Sementara asumsi itu akan jadi pedoman penyidik yang menyelidiki kasus ini. Setelah dapat, kita pakai fakta yang diperoleh dan keterangan dari lokasi sekitar kejadian," terangnya.
Asumsi bahwa pelaku rangkaian teror itu dikendalikan teroris dari dalam penjara akan dijadikan salah satu pedoman tim penyelidikan kasus ini.
"Tapi asumsi harus dikaitkan dengan fakta yang ada di lokasi kejadian, mulai tempat pemberangkatan pengawalan. Semua yang jadi fakta merupakan dasar ungkap kasus," ucapnya.
Dalam sebulan terakhir terjadi rentetan penembakan di daerah Tangerang yakni pertama Aipda Patah ditembak pelaku tidak dikenal pada Sabtu pagi dinihari (27/7) saat melintas di Jalan Cirendeu Raya Kelurahan Cirendeu, Ciputat Timur, Tangerang Selatan.
Aiptu Dwiyanto tewas ditembak pelaku tidak dikenal pada Rabu (7/8) di depan Rumah Sakit Sari Asih, Sasak Tinggi, Ciputat, Tangerang Selatan.
Sementara Aiptu Kus Hendratna tewas ditembak pelaku tidak dikenal pada Jumat malam (16/8) di Jalan Graha Raya, Pondok Aren, Tangerang Selatan. Sesaat kemudian, Bripka Maulana, anggota Polsek Pondok Aren, tewas di dalam mobilnya saat mengejar pelaku penembakan Aiptu Kus, di Jalan Graha Raya, Kecamatan Pondok Aren.
[ald]
BERITA TERKAIT: