Anggota Kompartemen Teknologi Lingkungan dan Industri Gabungan Industri Kendaraan Bermotor IndoÂnesia (Gaikindo) Ketut SuÂciarta mengatakan, pihaknya akan mengambil langkah cepat mengimplementasikan pengguÂnaan B30. Salah satunya adalah meminta APM yang menjadi anggota Gaikindo untuk bisa segera melakukan uji coba.
"Intinya, langkah secepatÂnya harus kita ambil. Gaikindo harus segera koordinasi dengan tim teknis melakukan trial-trial memastikan dampaknya (B30) apa. Kalau ada improvement, seÂcepat apa kita bisa memperbaiki kondisi yang ada baik dari sisi engine maupun material B30," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo ingin mempercepat penerapan biodiesel dengan campuran kelapa sawit 30 persen yang awalnya ditargetkan 2020, menjadi 2019. Hal ini untuk menghadapi tekanan ekonomi global. Ia mengungkapkan, pihaknya masih butuh kepastian kapan B30 akan terealisasi.
"Ini kan perintah Presiden, mandatori yang harus dijalankÂan. Kami sebagai industri butuh penegasan, ini dimajukan (jadi 2019) sudah klir nggak? Kalau klir kan mau tidak mau kalau ganti Presiden kan kita juga harus persiapkan," ungkapnya.
Ia menjelaskan, B30 merupaÂkan campuran dari B0 dan B100, di mana kualitasnya perlu dicek. "B0 itu kan benar-benar BBM murni. Yang 100 itu dari crude palm oil (CPO). Itu kualitasnya juga harus dicek," pungkasnya.
Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (ApÂtrindo) Gemilang Tarigan menÂgungkapkan, pihaknya sampai saat ini masih belum memasifÂkan penggunaan biodiesel.
Pihaknya menunggu sampai mendapatkan jaminan dari peÂmerintah terkait skema hingga sinkronisasi antarkementerian lembaga. "Posisi kita memang masih menolak, kecuali ada solusi dari pemerintah untuk implementasi ini. Konsumsi BBM bukan sesuatu yang bisa dihindari. Bisa bertambah, tapi bukannya nanti malah jadi namÂbah emisi," ujar Gemilang.
Staf Ahli Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana mengatakan, percepatan impleÂmentasi B30 diperlukan untuk penghematan devisa. "Pertama memang untuk ketahanan enÂergi khususnya bahan bakar. Kita menyadari saat ini impor bahan bakar cukup besar untuk meningkatkan nilai tambah industri hilir kelapa sawit," ujar Dadan.
Kini, Kementerian ESDM terus berusaha melakukan roadÂtest dan kajian tes yang lebih komprehensif sebelum menerapÂkan B30. Uji tersebut melibatkan beberapa institusi seperti InstiÂtute Teknologi Bandung (ITB), Pertamina, Lemigas, Toyota, Hino, dan tenaga lainnya.
B30 ini diklaim memberikan keuntungan lain seperti peningkaÂtan harga CPO, penyerapan tenaga kerja, pengurangan emisi, serta meningkatkan pendapatan industri kecil perkebunan kelapa sawit. Namun. campuran B30 sendiri masih memiliki kelemahan, seperti terjadi beberapa penurunan daya hingga tiga persen pada kendaraan dan konsumsi bahan bakar meningkat sekitar dua persen.
"Nah ini mungkin memang salah satu kelemahan biodiesel. Kalau kita lihat dari sisi dampak yang diperoleh, benefit yang didapatkan lebih besar dibanding kelemahannya," tukas Dadan. ***
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: