Aksi ganti raket terjadi pada kedudukan 22-22 di gim keÂtiga final ganda putra Asian Games 2018, di Jakarta kemarin. Duel final Asian Games 2018 antara Kevin/Marcus lawan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto berlangsung sengit. Laga mencapai klimaksnya keÂtika memasuki deuce di gim keÂtiga. Di tengah reli yang sengit, senar raket Kevin putus.
Hal itu memaksa Kevin harus mengganti raket di tengah perÂmainan berlangsung. Keputusan itu tentu memiliki risiko besar. Pasalnya, lawan jadi punya ruang yang lebih besar untuk melakukan serangan. Bila tidak mengganti raket, maka pukulan Kevin berikutnya tentu tak akan sesuai dengan keinginannya.
Marcus yang ditinggal di lapangan sendirian sejatinya juga cukup punya modal. Ia pernah berkiprah sebagai pemain tungÂgal hingga usia kategori taruna (kurang 19 tahun) sehingga dia punya pengalaman melakukan cover satu lapangan sendirian.
Meski demikian, Marcus juga mengaku tetap grogi menghadapi serangan Fajar/Rian saat ditingÂgal Kevin sendirian di lapangan. "Sempat gugup juga karena itu suÂdah [masuk] poin kritis. Makanya saya bilang [kami] beruntung," kata Marcus dalam konferensi pers usai pertandingan.
"Di gim ketiga pun kami suÂdah terus tertekan, hampir sepÂerti tak ada lagi harapan," ucap Marcus menambahkan.
Kevin/Marcus mendapatkan banyak tekanan dari Fajar/Rian di laga ini. Setelah tak berdaya di gim pertama, Fajar/Rian juga terus menekan Kevin/Marcus hingga sempat unggul 17-11 di gim kedua.
"Puji Tuhan hari ini kami mendapatkan mukjizat karena kami sudah tertinggal jauh naÂmun bisa menang. Penampilan Fajar/Rian di luar ekspektasi kami. Mereka bermain dengan sangat baik," tegas Kevin.
Di Asian Games 2018 ini, cabang bulutangkis berhasil memberikan dua medali emas. Selain dari Kevin dan Marcus, emas juga berhasil diraih oleh Jonatan "Jojo" Chirstie dari sekÂtor tunggal putra.
Jojo sebelumnya mempersemÂbahkan medali emas pertama Indonesia dari cabang bulutangÂkis Asian Games 2018 setelah mengalahkan Chou Tienchen, tunggal Putra dari Taiwan. Jojo menang rubber set, 21-18, 20- 22, dan 21-15.
Kemenangan Jojo di Asian Games sendiri menjadi yang pertama bagi tunggal putra Indonesia sejak Asian Games 2006 di Doha, Qatar. Saat itu, Indonesia meraih emas melalui Taufik Hidayat.
Menyoal prestasinya itu, Jojo tak mengira bahwa ia bisa meraih medali emas. Ia menÂgatakan, "Saya tak menyangka bisa meraih emas. Asian Games adalah tempatnya para pebuluÂtangkis terbaik. Karena berkat dari Tuhan, saya pun bisa meÂnang." Ujarnya usai laga.
Mengenai pertandingan keÂmarin itu, Jojo sadar bahwa lawannya agak tegang. "Waktu pertama kali salaman sebelum pertandingan, tangannya (Chou, red) terasa dingin. Saya rasa ia tegang," ujar Jojo. ***