Kabar itu disampaikan petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Mukdas Sofian, dalam keterangan tertulis dari Lumajang, Jumat (5/7).
"Pada pengamatan kegempaan periode Kamis (4/7) pukul 00.00-24.00 WIB, setidaknya tercatat 159 kali gempa letusan/erupsi, dengan amplitudo 10-22 mm, dan lama gempa 55-132 detik," kata Mukdas, seperti dikutip dari
Kantor Berita RMOLJatim.
Gempa getaran banjir juga terekam di Gunung Semeru, dengan amplitudo 10 mm dan lama gempa 2.026 detik, karena hujan deras mengguyur puncak gunung itu.
Sementara itu, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendra Gunawan, mengatakan, petugas terus melakukan evaluasi aktivitas secara bertahap.
"Berdasar analisis dan evaluasi menyeluruh hingga 30 Juni 2024, tingkat aktivitas Gunung Semeru tetap pada level III atau siaga, dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan ancaman bahaya terkini," ujarnya.
Dia juga mengatakan, pihaknya merekomendasikan agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara, di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak itu, katanya, masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) pada sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga 17 km dari puncak.
Warga juga dilarang beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah/puncak Gunung Api Semeru, karena rawan lontaran batu (pijar).
Waspadai juga potensi awan panas, guguran lava, dan lahar, di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
BERITA TERKAIT: