Didit Riyadi, warga setempat mengatakan tradisi Pantauan merupakan ajang silaturahmi oleh warga di lingkungan RT tempatnya tinggal. Di mana sejumlah warga usai melaksanakan salat Idulfitri, mereka bersama-sama menyambangi setiap rumah tetangga untuk saling bermaaf-maaf.
"Jadi ada yang mimpin, istilahnya oleh orang yang dituakan," kata Didit dikutip
Kantor Berita RMOLSumsel, Rabu (10/4).
Biasanya kata Didit, mereka yang melaksanakan Pantauan berjumlah antara 10 sampai 15 orang. Kemudian tuan rumah menerima kedatangan mereka yang bertamu dengan menyuguhkan makanan dan minuman lebaran.
"Paling hanya 5 menit, setelah itu bergilir lagi melaksanakan Pantauan ke tempat warga yang lain," ujarnya.
Lebih lanjut, sebelum meninggalkan rumah yang dikunjungi, orang yang dituakan dalam rombongan memimpin doa sebagai rasa syukur. Lalu setelah itu dilanjutkan dengan bersilaturahmi dan bermaaf-maafan ke rumah warga yang lainnya.
"Tradisi ini sudah lama dan dari dulu. Sekarang turun temurun walaupun yang tua-tua sudah habis (meninggal), nah ini diturunkan juga dengan generasi yang muda," jelasnya.
Kata Didit, makanya tokoh masyarakat yang sudah tua di lingkungan RT 7 saat ini, ingin terus menularkan tradisi ini kepada generasi muda. Dengan harapan agar tradisi Pantauan tetap bertahan dan dilakukan setiap hari raya Idulfitri maupun Iduladha.
"Sekarang sudah berkurang, yang orang tua-tua sudah tidak ada lagi. Tinggal yang muda-muda. Jadi yang muda-muda diajak juga, sembari diajarkan," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: