Sekretaris Jenderal Kwarnas Mayjen TNI (Purn) Bachtiar menyampaikan kekhawatirannya atas krisis petani yang terjadi di dalam negeri. Menurutnya, profesi sebagai petani kerap dipandang sebelah mata, dan semakin tidak populer lantaran perubahan zaman.
Untuk itu, Kwarnas Pramuka menyelenggarakan kegiatan pembekalan untuk ratusan pemuda di Buperta Cibubur, Jakarta Timur dengan dua sesi yaitu pada 1-2 April 2024 dan 4-5 April 2024.
"Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya membangun pertanian Indonesia, terlebih dalam menyikapi lost generation generasi petani di Indonesia. Salah satunya dengan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, utamanya para orang muda," kata Bachtiar dalam keterangannya yang dikutip Senin (8/4).
Ia lebih lanjut mengaku miris dengan semakin langkanya petani di Indonesia dan mempertanyakan nasib bangsa kedepannya, terutama dalam memenuhi kebutuhan pokok jika tidak ada kaum muda yang ingin menjadi petani.
Karena itu, lanjutnya, ia mengatakan bahwa pemerintah dan para petani sendiri harus bisa mempersiapkan generasi muda yang dapat mengolah lahan persawahan sehingga hasilnya bisa jauh lebih baik.
"Kwarnas berinisiatif membantu pemerintah dan para petani melalui pengembangan kapasitas generasi muda ini. Kami berkeyakinan masih banyak anak muda yang punya keinginan bertani, tentu didukung oleh teknologi terkini," sambung Bachtiar.
Dalam kegiatan ini, peserta sendiri telah dibekali dengan berbagai ilmu mengenai pertanian serta masalah-masalah yang ada di dalamnya.
"Pada kegiatan ini generasi muda kita beritahu persolan-persoalan di dunia pertanian Indonesia. Salah satunya image bertani yang kerap disepelekan, terjadinya krisis regenerasi petani. Demikian juga secara kebijakan masih banyak pintu yang mengurusi sektor pertanian," jelasnya.
Melalui kegiatan ini, Bachtiar mengajak generasi muda Pramuka sebagai agen perubahan untuk dapat memberikan solusi terbaik menghadapi beragam persolan pertanian tersebut.
Ia pun berharap setelah kegiatan itu nantinya akan muncul bibit-bibit petani baru yang dengan segala inovasi dan kreatifitasnya mampu mengolah lahan pertanian di Indonesia secara modern.
"Langkah awalnya harus dimulai dari merubah paradigma berpikir pada generasi muda bahwa petani ini adalah profesi yang terhormat dan mulia," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: