Katib Syuriah PBNU Dr KH Mujib Qulyubi menjelaskan, isu perubahan iklim adalah
warning bagi umat untuk kembali memperhatikan perilaku terhadap lingkungan.
“Perintah menjaga lingkungan ada di dalam Al Quran dan tugas kita sebagai manusia adalah menjaga lingkungan. Karena dengan menjaga lingkungan, kita dapat menjaga agama, harga diri, akal, harta serta keturunan,” kata KH Mujib dalam keterangan tertulisnya, Selasa (26/3).
KH Mujib mengatakan, pada dasarnya Islam telah menaruh perhatian terhadap lingkungan. Di dalam fiqih, pembahasan mengenai lingkungan di Indonesia mulai muncul pada periode 1960-an.
"Pemicunya adalah kekhawatiran terhadap bencana-bencana alam yang timbul akibat kerusakan alam,” lanjut KH Mujib.
Isu perubahan iklim juga menjadi bahasan dalam Safari Ramadan Civitas Akademika Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) menggandeng Aqua pada Senin, (25/3).
Pada kegiatan tersebut, Water Environmental & Sanitation Specialist Cowater International, Trimo Pamudji Al Djono menyebut mitigasi perubahan iklim tidak bisa dilakukan secara individu, namun harus melibatkan banyak pihak.
“Yang paling penting adalah aksi mitigasinya harus dilakukan secara bersama-sama. Semua elemen masyarakat, pemerintah, swasta, NGO dan sebagainya," kata Trimo Pamudji.
Melihat kondisi di lapangan saat ini, dampak perubahan iklim adalah wilayah kering semakin kering. Sementara wilayah yang basah semakin basah bahkan terjadi banjir.
Maka dari itu, ia meyakini upaya mitigasi perubahan iklim harus dilakukan dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan.
“Karena itu yang perlu dilakukan adalah program yang membuat mendekatkan masyarakat dengan sumber air,” demikian kata Trimo Pamudji.
BERITA TERKAIT: