Hal itu disampaikan oleh Marjuni, Wakil Paguyuban Kampung Tahu Kota Kediri. Sebagai perajin tahu, Marjuni tetap menekui usaha ini, dengan membuat tahu dan olahannya setiap hari sekalipun bahan baku sulit di dapat dan harga naik.
Guna menyiasati mahalnya harga kedelai, kata Marjuni, produksi kini dikurangi. Hal ini untuk menekan kerugian, karena tingginya harga kedelai.
"Kami tidak ikut mogok massal. Kalau mogok, siapa nanti yang membayar pegawai, kasihan juga. Kami hanya ingin harga kedelai stabil, jadi harga tahu pun juga tidak dinaikkan," kata Marjuni kepada
Kantor Berita RMOLJatim, Senin (21/2)
MArjuni menyampaikan, harga kedelai tersebut membuat dirinya harus memutar otak agar usaha yang dirintis turun temurun ini tetap jalan.
Setiap hari, tidak kurang dari 30 kilogram kedelai diolah menjadi tahu. Jumlah itu turun ketimbang sebelumnya yang bis hingga 40 kilogram kedelai.
Untuk harga tahu, Marjuni mengakui dengan sangat terpaksa sempat menaikkan Rp 1.000 per 10 biji. Sebelumnya, harganya Rp22.000 per 10 biji, dan kini menjadi Rp23.000 per 10 biji.
Dia khawatir dengan belum stabilnya harga kedelai ini, sebab jika harus menaikkan harga tahu, pelanggan lari ke tempat lain.
"Yang kami harapkan itu, harga stabil. Kami menyiasatinya bingung, kalau harga (kedelai) naik. Ini kan belum stabil, jadi belum bisa normal," tuturnya.
BERITA TERKAIT: