Hal ini terungkap saat Program Studi Kajian Pariwisata Universitas Gajah Mada (UGM) mengadakan webinar nasional bertajuk "Heritage Tourism di Surakarta Kota: Model Pengembangan Berbasis Kearifan Lokal?", Selasa (3/11).
Surakarta sendiri memiliki Keraton Kasunan dan Pura Mangkunegaran yang menjadi modal untuk mengembangkan
heritage tourism. Dua keraton itu pun telah menjadi anggota Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) sejak 2008.
Bicara soal modal, Surakarta bisa dikatakan memiliki hampir semua aspek penting untuk pengembangan model pariwisata ini. Seperti budaya yang dijunjung tinggi, bangunan sejarah, kuliner, dan akses yang relatif mudah.
Tetapi ternyata dalam perkembangannya, pariwisata di Surakarta tidak semeriah kerajaan tetangganya, Yogyakarta.
Dr Erna Sadiarti yang menyoroti Kawasan Cagar Budaya Permukiman Baluwarti mengatakan, ada dua persoalan yang membuat kegiatan pariwisata budaya di Surakarta belum dapat berkembang. Yaitu masalah internal dan masalah external.
Masalah internal, terang Erna Sadiarti, di antaranya keterbatasan lahan, pelapisan sosial tradisional, status kepemilikan tanah, dan konflik internal di dalam struktur keraton.
Sedangkan masalah eksternal yaitu kebijakan pemerintah yang belum difokuskan pada pengelolaan pariwisata berbasis kearifan lokal dan masalah dari Keraton Surakarta.
Menurutnya,
heritage tourism harusnya memenuhi
Kajen lan Kopen.
Kajen: dihormati, disegani.
Kopen: terpelihara, terawat.
Sementara itu, Prof Baiquni sebagai penanggap memandang perlu untuk membuat wisatawan tinggal lebih lama dan mengeksplorasi, mengalami, dan menikmati dari
something to see ke
someting to enjoy and experience.
Pengelola harus menemukan hal yang menarik bagi wisatawan yang mengungjungi Surakarta. Di antaranya batik, kuliner, dan cerita sejarah, untuk mengembangkan
heritage tourism di Surakarta.
Sekadar info, dalam webinar ini bertindak sebagai pemantik diskusi Dr RR Erna Sadiarti Budiningtyas yang merupakan dosen dan peneliti Pariwisata ABA St. Pignatelli Surakarta. Sementara penanggap Prof M Baiquni dan dimoderatori oleh Dr Tri Kuntoro Priyambodo.
Webinar ini juga diikuti oleh 85 orang, baik mahasiswa, alumni, maupun masyarakat luas.