Emak-emak yang tergabung dalam Persaudaraan Perempuan Nelayan Indonesia (PPNI) itu berunjuk rasa untuk meminta solusi terkait kelangkaan solar karena adanya razia yang dilakukan oleh pihak kepolisian setempat.
Ezra Dewi, salah satu peserta aksi, mengatakan solar adalah kebutuhan sangat vital bagi masyarakat di Bumi Dipasena. Terhentinya pasokan solar, karena pemasoknya dirazia berpengaruh sangat besar terhadap ketersediaan solar bagi masyarakat petambak.
“Aliran listrik dari PLN tidak ada, sehingga listrik kami harus pakai disel. SPBU juga tidak ada. Solar kami beli eceran dari pemasok, kalau sekarang di razia solusinya apa?†ujar Ezra seperti dilansir RMOL Lampung, Senin (10/12).
Dikatakan Ezra lebih jauh, harga solar di areal pertambakan Bumi Dipasena saat ini mencapai harga Rp6.500 hingga Rp8.000 per liter. Harga tersebut berfluktuasi walau tidak ada informasi kenaikan harga BBM secara formal.
Para petambak mengaku saat ini tengah mengalami kondisi sulit dalam usaha budidaya udang. Selain harga pakan yang mahal dan melorotnya harga jual udang, ada juga serangan penyakit WSSV. Kesulitan untuk mendapatkan solar membuat ribuan petambak kian sengsara.
Kelangkaan solar di areal pertambakan udang Bumi Dipasena, Kecamatan Rawajitu Timur, Kabupaten Tulangbawang ini disinyalir karena terhentinya pasokan solar eceran ke kecamatan tersebut. Suplai terhenti karena para pemasok tertangkap razia yang dilakukan Polsek Rawajitu Selatan dan Polres Tulangbawang.
[yls]
BERITA TERKAIT: