Memang susana pasca bencana mulai terlihat saat
Kantor Berita Politik RMOL mendarat di Bandara Internasional Lombok, di Praya, Minggu malam (26/8) sekira pukul 22.15 WITA. Terlihat, di salah satu sudut bandara masih membentang spanduk yang menandakan posko bencana.
Rombongan wartawan bersama Ketua MPR RI Zulkifli Hasan diantar ke hotel yang terletak di Kota Mataram, meski hanya memakan sembilan korban jiwa namun masyarakat masih makan dan tidur di tenda. Trotoar sampai halaman rumah pun dimanfaatkan untuk mendirikan tenda.
"Jadi, siang kami di dalam rumah, makan mandi dan aktivitas lain. Malam tidur di tenda," cerita Hamdi, sopir yang mengantar rombongan ke hotel.
Bahkan, gempa yang dirasakan masyarakat Lombok hampir tiap kali terjadi meski hanya berkekuatan kecil.
"Kalau hanya 3-4 Skala Richter bukan makanan orang Lombok," katanya.
Hamdi tidak asal bicara. Selama perjalanan dihiasi pemandangan tenda yang ada di setiap rumah baik yang mengalami rusak parah atau tidak di halamanya pasti berdiri tenda walaupun aktivitas masyarakat sudah terlihat normal.
Dari Hotel, rombongan melanjutkan perjalanan ke RSUD Kota Mataram, situasi tanggap darurat masih sangat terasa di sini. Di mana pasien terpaksa harus dirawat di tenda, ruang ICU hingga operasi yang harusnya steril kini berada di dalam tenda. Infus, tabung oksigen yang masih menempel memang tak menghilangkan kesan ruang ICU.
Padahal, Jika dilihat, sebetulnya kondisi bangunan RSUD Kota Mataram masih layak, hanya beberapa bagian saja yang terkena dampak gempa mengalami retak dan hancur ringan. Secara keseluruhan konstruksi bangunan relatif masih utuh.
"Saya kira sekarang semua orang (warga Lombok) tidak ada yang mau di gedung atau di rumah. Rumah sakit pun pindah itu pelayanannya ke bawah, padahal secara teknis PU mngatakan bisa di dalam, aman, tapi orang trauma, orang tidak mau, ini kan suatu situasi yang tidak mudah," jelas Zulkifli saat meninjau langsung penanganan pasien di RSUD Kota Mataram.
Hampir 30 menit di sana, rombongan dan ketua MPR bergegas untuk menuju posko pengungsi di Desa Kekait, Gunung Sari, Lombok Barat. Di sini, lebih dari 37 ribu rumah rusak, dan 31 orang meninggal dunia. Keluhan mereka sama yakni masih lekatnya trauma akan gempa sehingga lebih memilih untuk tinggal di tenda darurat.
M Idris (55), satu di antara pengungsi di Posko Kekait mengaku tak berani pulang ke rumah. Dia masih trauma berat.
"Malam itu saya sedang ngopi di rumah teman. Tiba-tiba gelas kopi tumpah. Gempa besar. Kami berlarian ke pinggir jalan. Lampu mati. Lalu kami dihimbau berkumpul di sini. Sejak itu, saya belum lihat lagi rumah. Kata keluarga rumah sudah hancur," ujar pria yang sehari-hari bekerja sebagai pengrajin bambu.
Bupati Lombok Barat Fauzan Halid saat ditemui di posko pengungsian menjelaskan, saat ini pihaknya telah memverifikasi 14 ribu rumah yang mengalami kerusakan baik sedang maupun berat. Untuk warga yang rumahnya mengalami kerusakan berat mendapatkan santunan sebesar Rp 50 juta, sementara yang sedang maupun ringan mendapat Rp 25 juta.
"Setelah di SK-kan oleh bupati. Lalu difasilitasi, Pemda buka rekenening di bank swasta atas nama yang bersangkutan," jelasnya.
Saat menuju Kabupaten Lombok Utara, di mana merupakan salah satu titik pusat gempa sangat nyata terlihat. Kabupaten Lombok Utara merupakan daerah terparah akibat gempa. Banyak bangunan hancur. Jumlah korban jiwa di daerah ini juga cukup besar dibanding daerah lainnya, yaitu mencapai 466 korban jiwa.
Pemprov Nusa Tenggara Barat dalam upaya memulihkan trauma kepada masyarakat turut melibatkan para pendakwah.
"Bentuknya kita berikan penyuluhan, pola-pola permainan kepada anak-anak, memulihkan jiwa dengan memberi informasi yang berkaitan dengan membangkitkan ketenganan jiwa," kata Plt. Dinas Kesehatan NTB, Marjito di lokasi pengungsi Desa Kekait.
Selain melibatkan dai, Pemprov NTB juga melakukan kerja sama dengan beberapa rumah sakit jiwa. Melakukan pelatihan terhadap para relawan baik itu guru, organisasi profesi ataupun pemuda setempat untuk diberikan pemahaman bagaimana bisa memberi dukungan psikososial ini.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, dampak gempa berkekuatan 7,0 Skala Richter itu mengakibatkan 559 orang meninggal dunia. Dengan rincian, di Lombok Utara 466, Lombok Barat, 44, Lombok Timur 31, Lombok Tengah dua orang, Sumbawa Besar lima orang, Kabupaten Sumbawa dua orang, dan Mataram sembilan korban jiwa.
[wah]
BERITA TERKAIT: