Mulai dari Partai Golkar, PKB dan PKPI hingga Partai Nasdem, dimana parpol tempat Erry bernaung.
Erry adalah petahana Gubernur Sumut. Dia juga Ketua Nasdem Sumut dan pernah menjabat Bupati Serdang Bedagai dua periode. Dan sebelum bergabung dengan Nasdem, Erry adalah politisi Golkar.
Yang menjadi pertanyaan, tidak jadi nyalon, kenapa Erry belakangan sering terlihat tampil mendampingi pasangan bakal calon Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Edy-Ijeck).
Misalnya, Erry ikut hadiri deklarasi Nasdem untuk Edy-Ijeck di kantor DPP Nasdem, Jakarta, Jumat (5/1). Dan hari ini (Selasa, 8/1), Erry juga ikut mendampingi Edy-Ijeck mendaftar ke KPU Sumut.
Diketahui, Edy-Ijeck diusung koalisi Partai Gerindra, PKS, PAN, Partai Golkar, Partai Nasdem, dan Partai Hanura. Edy-Ijeck digadang-gadang paslon kuat di Pilkada Sumut.
Pengamat politik dari Universitas Negeri Medan (Unimed), Tappil Rambe mengatakan teka-teki Pilkada Sumut yang sudah meruncing memang membuat publik geleng-geleng kepala.
Pasalnya, Erry sebagai petahana, ketua partai serta memiliki pupularitas dan elektabilitas yang menjual, batal melaju di ajang pilkada.
"Ini aneh bin ajaib. Dia (Erry) petahana dan ketua partai, tapi tidak bisa berlayar," ujar Tappil saat dihubungi redaksi sesaat lalu.
Pertanyaannya, dengan batal nyalon,
bargaining apa yang didapat Erry. Apakah akan ada posisi lebih menjanjikan, misalnya jabatan di nasional.
Atau, dengan mendampingi Edy-Ijeck di beberapa kesempatan, Erry ingin menunjukkan sikap kesatria dan kedewassan dalam berpolitik. Legowo dengan keputusan partai.
Atau malah, Erry menempel ke Edy-Ijeck karena ingin "diamankan" pasca tidak lagi menjabat gubernur. Hal ini beralasan, karena Erry dan istri Evi Diana sering dikait-kaitkan dengan kasus mantan Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho.
Menurut Tappil,
bargaining Erry memperoleh jabatan baru di nasional dengan tidak jadi nyalon bisa jadi ada, tapi persentasenya sangat tipis.
"
Bargaining-nya belum terbaca. Tapi untuk jabatan di nasional, kayaknya tidak lah. Dan bisa saja ini hanya "obat" agar "kudis" dan "penyakit" tidak diungkap. Artinya, pengamanan dari kebijakan berisiko (Erry) yang dulu-dulu," kata dia.
Lalu kenapa Erry tidak memperoleh dukungan parpol, termasuk partainya Nasdem. Menurut Tappil, karena Erry tidak punya visi-misi yang bagus, apalagi lawannya Edy-Ijeck dinilai lebih tangguh.
"Pilkada itu memilih figur bukan parpol," pungkas Tappil Rambe.
[rus]
BERITA TERKAIT: