Di Sumut, selain petahana Tengku Erry Nuradi yang terancam tidak akan maju, otak-atik pasangan calon juga masih dinamis.
Saat ini, baru dua paslon yang sudah ditetapkan dan siap mendatar ke KPUD.
Pertama, Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Ijeck) diusung koalisi Partai Gerindra, PKS, PAN, Partai Golkar dan Partai Nasdem. Partai Hanura juga dikabarkan ikut mengusung Edy-Ijeck.
Kedua, Jopinus Ramli (JR) Saragih-Ance Selian diusung koalisi baru Partai Demokrat, PKB dan PKPI.
Bagaimana dengan paslon Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus yang telah diusung PDI Perjuangan. Sampai sekarang PDIP yang hanya memiliki 16 kursi di DPRD Sumut, belum memiliki teman koalisi.
Yang berkambang, partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu akan berkoalisi dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) - 4 kursi. Jika PDIP-PPP berkoalisi, syarat dukungan kepada Djarot-Sihar terpenuhi, total 20 kursi.
Pengamat komunikasi politik dari UIN Sumut Dr. Anang Anas Azhar mengatakan mungkin sekali PPP ikut mengusung paslon Djarot-Sihar.
Pasalnya, seperti awam diketahui, di bawah kepemimpinan Muhammad Romahurmuziy, PPP ada di bawah bayang-bayang PDIP.
"Mungkin sekali PPP beriringan dengan PDIP," sebut Anang saat dihubungi redaksi, Senin (8/1).
Jelas dia, PPP kubu Romahurmuziy di banyak daerah selalu ikut PDIP. Misalnya, PPP ikut PDIP mengusung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat di putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017.
"PPP terkunci kemana PDIP," ujar Anang.
Lanjut Anang, di Sumut kursi PPP relatif tidak terlalu banyak. Di sisi lain, PDIP juga diyakini akan habis-habisan melobi PPP di
injury time agar paslon Djarot-Sihar bisa ikut berlaga pada pilkada 27 Juni mendatang.
[rus]
BERITA TERKAIT: