Dengan menggandeng organisasi yang mendedikasikan diri untuk konservasi kucing besar liar di dunia, Panthera serta Tambling Nature Conservation, dokumenter berjudul "Let the Tiger Go" itu juga mengangkat kisah nyata penyelamatan Muli, seekor harimau liar di Sumatera tahun lalu.
Muli ditemukan bersembunyi di semak-semak dalam keadaan ketakutan dan tubuh penuh luka. Ia melarikan diri dari tangan pemburu yang hendak mengambil kulit dan tulangnya untuk diperjual-belikan secara ilegal. Harga kulitnya di pasar gelap mulai dari 4 juta rupiah.
Chief Scientist Panthera, Alan Rabinowitz, Ph.D, dalam dokumenter tersebut menyoroti semakin banyaknya harimau yang diburu sehingga menyebabkannya menuju ambang kepunahan.
"Saat ini hampir tidak bersisa harimau di dunia," kata Rabinowitz.
Populasi terbanyak adalah di India dengan populasi harimau sekitar 3.834. Terbesar kedua adalah di Indonesia dan banyak terfokus di Sumatera. Namun jumlahnya hanya ratusan dan menghadapi ancaman pemburu liar yang masih banyak berkeliaran.
Rabinowitz, dalam dokumenter yang sama, mengapresiasi upaya Artha Graha melalui Artha Graha Peduli yang membangun lembaga konservasi di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Tambling Wildlife Nature Conservation untuk membantu penyelamatan harimau yang diburu serta menjaga mereka dari tangan orang-orang tidak bertanggungjawab.
Melalui Rescue Center Sumateran Tiger, lembaga konservasi Artha Graha Peduli, Tomy Winata tidak segan untuk turun langsung ke habitat di mana harimau Sumatera hidup dan dikonservasi.
Video dokumenter yang baru dirilis 7 Desember lalu saat ini, (Selasa, 19/12) telah ditontot sebanyak lebih dari 120 ribu kali di YouTube.
[mel]