Penandatangan serah terima Sikumbang dilakukan oleh Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto bersama Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia PT Dirgantara Indonesia, Sukatwikanto.
Dalam sambutannya, KSAU menjelaskan, Sikumbang adalah pesawat tempur pertama karya anak bangsa, Laksamana Muda Udara Anumerta Nurtanio Priggoadisurjo. Pesawat ini diberi kode NU-200 sesuai mesinnya yang menggunakan de Havilland Gipsy Six I berdaya 200 tenaga kuda.
Penerbangan perdana dilaksanakan tanggal 1 Agustus 1954.
"Jadi sembilan tahun setelah Indonesia, Angkatan Udara sudah bisa membuat pesawat bikinan anak bangsa dan pesawat itu untuk COIN, Counter Insurgency, pesawat tempur serang darat, luar biasa. Kemudian pesawat itu diuji, bisa terbang," tutur KSAU dalam rangkaian acara Media Gathering TNI AU di Muspus Dirgantara Mandala.
Selanjutnya, jelas KSAU, Nurtanio mengembangkan lagi semacam Sikumbang dengan kode NU-225. Kali ini pesawat menggunakan mesin Continental O-470A berdaya 225 tenaga kuda.
"Pesawat Sikumbang ini adalah kebanggaan kita pertama kali dibuat dengan tenaga asli Indonesia yang makannya singkong," ucap KSAU.
Lebih jauh KSAU mengemukakan, saat ini di tahun 2017, Indonesia sudah bisa membuat pesawat kedua produksi anak bangsa tanpa tenaga asing yaitu pesawat N-219.
"Insyaallah kalau ada dana kita bisa memenuhi kebutuhan wilayah-wilayah terpencil, sehingga N-219 tujuan kita untuk merajut nusantara. Jadi daerah-daerah yang tidak bisa dilewati pesawat besar, bisa dilewati 219 yang adalah adiknya dari NU-200," imbuhnya.
Lanjut Marsekal Hadi, memang keinginan TNI AU mengambil pesawat dari PTDI, untuk dialihkan ke Muspus Dirla Yogyakarta. Sebab kunjungan wisatawan Muspus Dirla pada akhir pekan terbilang tinggi.
"Muspus Dirla ini kunjungan wisatanya setiap minggu luar biasa sehingga generasi muda Indonesia bisa melihat secara langsung pesawat buatan anak bangsa yang benar-benar murni tanpa bantuan orang lain, yaitu Sikumbang," papar KSAU.
Sementara itu, Sukawikanto mengakui catatan sejarah berdirinya PTDI tidak bisa dilepaskan dari sejarah lahirnya TNI AU. Perjalanan pesawat-pesawat perintis industri dirgantara di dalamnya termasuk Sikumbang. "Telah kami dokumentasikan semuanya dalam buku Perjalanan Angkasa Dalam Menguasai Teknologi Dirgantara," ujar Sukat.
Buku ini selanjutnya diserahkan Sukat kepada KSAU Hadi untuk melengkapi dokumentasi Muspus Dirla Yogyakarta.
Terakhir, Sukat menyampaikan harapan pesawat Sikumbang bisa menjadi wahana pembelajaran masyarakat untuk lebih mengenal sejarah industri dirgantara di Indonesia.
"Semoga sinergi TNI AU dan PTDI dapat terus ditingkatkan untuk mewujudkan pesawat-pesawat penumpang dan tempur untuk dihasilkan putra-putri Indonesia di tahun-tahun mendatang," demikian Sukat.
[rus]
BERITA TERKAIT: