Dilaporkan, sembilan rumah ibadah vihara rusak, dan tujuh warga yang melakukan pengerusakan telah diamankan.
Ketua Koordinator Wilayah Sumatera Bagian Utara PP GP Ansor, Hasan Basri Sagala menilai kerusuhan tersebut terjadi karena ketidaksigapan aparat.
"Seharusnya masalah ini cepat diselesaikan oleh aparat di lapangan. Tidak berlarut-larut seperti tadi malam," ujar Hasan melalui pesan elektronik kepada wartawan, Sabtu (30/7).
Aparat yang dimaksud Hasan adalah kelurahan, kecamatan hingga kepolisian.
"Kalau aparat sigap, harusnya masalah ini bisa diselesaikan cepat dengan cara kekeluargaan," tambahnya.
Hasan meminta kepada aparat agar bisa memastikan sumbu-sumbu kemarahan warga tidak meluas. Kejadian ini cukup terjadi sekali saja mengingat kerukunan antar umat beragama di Sumut selama ini dikenal terjalin dengan baik.
"Ini pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua. Ke depan, semua pihak harus menjaga diri, " imbuhnya.
Terakhir, Hasan menyampaikan bahwa dirinya sudah memerintahkan kepada Ansor Sumut dan Ansor Tangjung Balai, agar ikut menjaga kondusifitas di sana. Ia juga mengintruksikan kader Ansor ikut menjaga kondisi dan rekonsolidasi kembali.
"Karena kalau berlarut-larut, ini merugikan banyak pihak," tukasnya.
Kabid Humas Polda Sumatera Utara Kombes Rina Sari Ginting mengatakan, aksi pengrusakan rumah ibadah di TanjungBalai terjadi begitu saja.
"Awalnya ada seorang warga Tionghoa bernama Meliana (41) meminta untuk menegur Nazir Almakshum (pengurus masjid) yang ada di Jalan Karya dengan maksud agar mengecilkan volume mikrofon yang ada di masjid. Menurut Nazir, teguran itu disampaikan beberapa kali," beber Rina kepada JawaPos.com, Sabtu (30/7).
Lalu sekitar pukul 20.00 WIB, Nazir menemui Meliana di kediamannya. Ketika itu terjadi cek-cok mulut sehingga suasana memanas. "Saat itu sudah memanas, Nazir diamankan ke kantor lurah setempat dan Meliana dan suaminya dibawa ke Polsek Tanjung Balai Selatan," tutur dia.
Setibanya di Polsek Tanjungbalai Selatan dilakukan pertemuan yang melibatkan Ketua Majelis Ulama Indonesia Tanjungbalai, Ketua FPI Tanjungbalai, Camat dan sejumlah tokoh masyarakat. "Ketika pertemuan itu massa mulai menumpuk dari berbagai elemen dan melakukan orasi. Tapi sudah diminta untuk membubarkan diri," lanjut dia.
Bukannya membubarkan diri, jumlah massa semakin banyak. Rina menyebutkan hal itu dikarenakan adanya pancingan dari media sosial Facebook. "Usai bertambah banyak, massa kemudian bergerak ke rumah Meliana yang ada di Jalan Karya untuk membakar. Tapi itu dilarang oleh warga sekitar," sambung perwira menengah ini.
Tapi tanpa diduga, massa yang sudah marah ini kemudian bergerak ke Biara Juanda yang berjarak sekitar 500 meter dari Jalang Karya. Di sana massa berupaya untuk membakar namun dihadang oleh personel Polres Tanjungbalai. "Tapi massa melakukan pelemparan dengan menggunakan batu sehingga Biara mengalami kerusakan," kata dia lagi.
Belum selesai meluapkan emosinya, massa yang begitu banyak itu kemudian melakukan tindakan anarkis di luar kendali polisi. Mereka merusak dan membakar sejumlah tempat ibadah yang ada di kota itu. Polisi yang jumlahnya saat itu tidak seberapa tak mampu berbuat banyak karena massa begitu brutal dan anarkis di sejumlah titik kota
.[wid]
BERITA TERKAIT: