"Ternyata hal ini hanya impian kosong belaka. Terbukti Jakarta-Brebes ditempuh 24 jam pada Sabtu-Minggu kemarin," kritik Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Tulus Abadi dalam keterangan tertulisnya, Senin (4/7).
Bahkan hingga pagi ini, kemacetan mengular masih terjadi. Kondisi ini dinilainya seperti memindahkan kemacetan belaka. Sebab musim mudik Lebaran jelang lebaran-lebaran sebelumnya, seingatnya kemacetan terjadi di ruas Cikampek dan Palikanci.
"Sekarang berpindah ke Brebes Timur," terangnya.
Tulus menegaskan, pemerintah dan kepolisian gagal mengantisipasi kemacetan saat mudik Lebaran, khususnya di ruas tol Brebes Timur. Ini terjadi menurut dia karena kepolisian masih kurang progresif dalam melakukan rekayasa manajemen lalu lintas, terutama di pusat kemacetan, seperti pintu exit Brebes Timur.
Seharusnya, lanjut dia, pengelola tol dan kepolisian bisa memaksa pengguna tol untuk tidak keluar di exit Brebes Timur. Atau ruas tol Brebes Timur ditutup saja sampai kondisi lalin mencair.
Kemenhub juga seharusnya berani mengambil kebijakan ekstrim, misalnya menggratiskan tarif tol untuk mencairkan kemacetan. Sebab, pembangunan tol Brebes Timur yang didesain untuk melancarkan arus barang dan manusia, justru berfungsi sebaliknya.
"Ini namanya kemacetan berbayar!" tegasnya.
"Dulu macet total di jalan Pantura, kita tidak bayar, karena jalan non tol. Sekarang kemacetan berpindah di tol: berbayar! Konsumen dirugikan dua kali. Dan akhirnya hanya pengelola tol yang diuntungkan," imbuhnya.
[wid]
BERITA TERKAIT: