"Saat Libur Natal dan Tahun Baru, setiap hari rata-rata seribuan pengunjung datang ke museum Konferensi Asia Afrika," kata Kepala Seksi Publikasi Dan Promosi Nilai-Nilai Konferensi Asia Afrika, saat ditemui
Kantor Berita Politik RMOL di meja informasi MKAA Bandung, Sabtu (2/1).
Asep yang sudah bekerja selama 10 tahun di MKAA ini mengatakan, dari catatan yang dimilikinya, pengunjung tak datang hanya dari daerah Jawa Barat, tapi juga luar daerah di Indonesia hingga mancanegara.
Tiba-tiba sepuluh turis asing dari Belanda masuk dan hendak mengisi buku tamu pengunjung. Kesepuluh turis itu didampingi seorang pemandu.
"Silakan, satu orang saja yang mengisi buku tamu," sapa Asep dengan ramah.
Asep lantas menunjukkan layar komputer di depannya yang berisi tabel pengunjung dari negara-negara lain. Di layar monitor komputernya tercatat ada 228 turis mancanegara yang pernah mengunjungi museum ini.
"Setelah peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika cukup banyak turis yang datang. Mereka berasal dari 22 negara antara lain Belanda, Polandia, Spanyol. Afrika dan Belgia. Paling banyak dari Tiongkok, China dan Malaysia," kata Asep.
Sedangkan wisatawan lokal yang datang mengunjungi museum, selama bulan Desember 2015, menurutnya ada sebanyak 37 ribu pengunjung. Tak hanya generasi muda, generasi tua pun tertarik mengunjungi museum. Mengapa?
Menurut Asep, MKAA tidak saja sarat nilai kesejarahan dari bangunannya saja tapi juga berisi diorama dan foto-foto berkaitan dengan KAA.
"Nilai-nilai kesejarahannya sangat tinggi. Mereka (generasi tua) ingin melihat kembali peristiwa yang hanya mereka pelajari di bangku sekolah," demikian Asep
.[wid]
BERITA TERKAIT: