Di kota yang berjarak 45 kilometer dari Manado ini terdapat berbagai obyek wisata menarik dan beragam, mulai dari wisata alam, wisata sejarah, dan wisata bahari.
Kantor Berita Politik RMOL berkesempatan melihat langsung potensi pelabuhan dan kekayaan laut, khususnya ikan tuna berkualitas ekspor, di wilayah timur laut Minahasa tersebut.
Sesampainya di pelabuhan Bitung, tim pun sempat tak percaya akan kebersihan yang ditemukan hampir di seluruh penjuru pelabuhan itu. Bahkan tak sedikit anak berusia remaja dan kecil berenang di wilayah dermaga atau tempat kapal-kapal nelayan berlabuh. Pemandangan seperti ini sangat jarang ditemukan, terutama di Jakarta. Tak hanya dermaga dan wilayah airnya yang bersih, tempat pelelalangan ikan yang tak jauh dari dermaga Bitung tersebut juga terbilang bersih dan tak tercium bau asin dan pengap yang menyengat seperti di Muara Angke atau Muara Baru Jakarta.
Saat itu, tim rombongan yang ikut pun beruntung karena bisa berbincang dengan panjang bersama para nelayan yang kesehariannya memang hanya mencari ikan untuk menafkahi keluarganya. Kota yang berbatasan dengan Laut Maluku itu sedang ramai disesaki oleh kampanye tujuh pasang calon yang akan bertarung di Pilkada 9 Desember. Belum lagi Pilkada Provinsi Sulut yang akan digelar berbarengan. Kebanyakan nelayan memilih tak melaut sampai tiba hari pemilihan.
Para nelayan merapat ke dermaga Bitung untuk siap-siap memilih calon pemimpin mereka. Namun yang mengejutkan, kapal kayu yang bisa mengangkut 20 orang itu membawa banyak ikan tuna berukuran badan orang dewasa. Seorang nelayan bernama Joshua bercerita, saat ini satu kilogram ikan tuna dihargai Rp 65 ribu sampai Rp 75 ribu. Sedangkan ikan-ikan Tuna yang baru didapatkannya itu, per ekornya berbobot 30 sampai 60 kilogram.
Dengan wajah sumringah Joshua bercerita, sekali melaut untuk mendapatkan ikan Tuna bisa menghabiskan waktu 10 hari, bahkan sampai sebulan.
"Setiap melaut saya biasa dapatkan 3 sampai 4 ekor ikan tuna, tapi ada yang bisa sampai 12 ekor. Kita melaut kadang-kadang 10 atau 14 hari, tergantung es balok yang kita bawa, itu biasanya sampai dermaga sudah banyak pengusaha yang nantri. Cuma ini ya istirahat dulu, karena kan mau pilkada, jadi banyak yang menunda untuk melaut sampai tanggal 9," kata Joshua kepada redaksi, di pelabuhan Bitung, Manado, Minggu (6/12).
Ikan yang ditangkap berikutnya memasuki proses budidaya ikan tuna, mulai dari pemotongan sampai pengalengan yang akan dikirim ke dalam dan luar negeri. Di sekitar pelabuhan Bitung, ada puluhan pabrik olah tuna yang sangat membantu perekonomian masyarakat setempat. Hal ini tak lepas dari pelabuhan Bitung yang terbilang rapi. Bitung adalah pintu pelabuhan internasional.
Faktor pelabuhan inilah yang membuat kota Bitung lebih maju perekonomiannya karena menjadi Gerbang Asia Pasifik Internasional. Pelabuhan Bitung merupakan satu-satunya pelabuhan di Sulawesi Utara yang disinggahi dan dilabuhi oleh kapal-kapal penumpang antar kota besar di Indonesia dan internasional. Pelabuhan Bitung diproyeksikan menyaingi Pelabuhan General Santos Philipina, dan menjadi target pembangunan Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung (PPSB).
Kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Kepala PPSB, Frits P. Lesnussa, mengatakan, PSPB memiliki fasilitas areal penumpukan reefer container, bengkel kapal perikanan, cold storage, pengolahan ikan, dermaga, docking dan penyaluran log perbekalan. Selain fasilitas yang dimiliki, PPSB juga didukung oleh kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan, terkait pelarangan illegal fishing dan pelarangan trashipment. Hal ini ditegaskan dengan PerMen 56 dan 57 Tahun 2014.
Frits bercerita, dahulu Pelabuhan General Santos atau lebih dikenal dengan Gensan, menerima pasokan 99 persen dari transaksi tuna yang dilakukan secara illegal di Indonesia. Dengan adanya PPSB dan 5 Pelabuhan Binaan, yaitu PP Kema, PP Belang, PP Tumumpa, PP Amurang dan PP Dogha, semua transaksi perikanan dapat dilakukan di PPSB.
"Kami optimis awal 2017, PPSB Bitung menjadi pelabuhan internasional dan kalahkan pelabuhan di Filipina. Setiap tahun kami menargetkan untuk peningkatan 10 persen pada Penerimaan Negara Bukan Pajak. Kategori PPSB di Oktobeer 2015 adalah sangat baik, dalam penilaian pada seluruh pelabuhan di Indonesia," tegas Frits.
Namun demikian, Frits mengatakan untuk menuju visi terebut, pihaknya pun masih akan terus melakukan pembenahan. Diantaranya membenahi soal keterbatasan kapasitas dermaga bongkar muat untuk kapal, terbatasnya daya listrik milik pelabuhan (hanya 30 KVA), keterbatasan lahan pelabuhan yang saat ini hanya 5,7 Hektar, terbatasnya kapasitas suplai air bersih untuk nelayan yang hanya 70 Ton, terbatasnya Kapasitas IPAL (yang ada 100 M3) dan konektivitas ke perusahaan perikanan, serta masih lemahnya konektifitas aktivitas informasi terkait pelaksanaan Port State Measure.
Menghabiskan rangkaian tour, tim pun dibawa keliling lewat dermaga Ruko Pateten. Dermaga ini merupakan dermaga super sibuk untuk taksi (perahu atau kapal untuk menyeberang) menuju desa-desa yang ada di Pulau Lembeh dan juga tempat menambatkan perahu nelayan. Dermaga ini juga yang bisa digunakan sebagai akses menuju spot-spot penyelaman.
Di akhir pertemuannya dengan tim, para nelayan pun sempat menitipkan pesan untuk menteri Rizal Ramli dan Presiden Joko Widodo yang memang dalam janjinya akan membuat Indonesia berhenti membelakangi laut. Nelayan berharap kesejahteraan masayarakat yang terletak di wilayah timur Indonesia itu ditingkatkan.
Selain itu, mereka juga berharap pada kepala daerah yang nantinya terpilih di 9 Desember merealisasikan impian para nelayan untuk menjadi nelayan yang bisa hidup layak dan punya keturunan yang sejahtera, layaknya kekayaan yang dimiliki laut Bitung dan Indonesia.
[ald]
BERITA TERKAIT: