Sejak dalam kandungan usia delapan bulan, kondisi Risky sebetulnya sudah divonis dokter ada kelainan dan harus segera diambil tindakan operasi saat lahir. Namun karena terhalang biaya, operasi baru bisa dilakukan ketika bayi pasangan Opik dan Siti Hajijah itu berusia dua bulan.
"Operasinya waktu itu di RS Hasan Sadikin Bandung dan sudah pakai kartu Jamkesmas," tutur Cece yang tetap setia menunggui cucunya.
Ayah Risky sehari-hari bekerja jadi buruh lepas yang penghasilannya tidak menentu. Sedangkan Siti hanyalah ibu rumah tangga. Risky yang terlahir caesar saat ini hanya dirawat dan tinggal bersama neneknya di Kampung Ciranca RT 002 RW 007 desa Padasuka, Cibatu, Garut. Sementara kedua orangtuanya sudah beberapa bulan tidak pulang.
"Risky sudah tiga bulan ini nggak ditengokin sama bapak ibunya. Bapaknya kerja di daerah Pulo Gebang dagang kopi, biasanya sebulan sekali pulang ke sini. Ibunya juga belum ke sini lagi. Alasannya saya juga nggak tahu kenapa," cerita Cece seperti diberitakan
JPNN.
Dari hasil pemeriksaan dokter, masih kata Cece, kepala Risky harus sesegera mungkin dioperasi kembali agar tidak semakin membesar, yakni dengan memasang selang atau shunting di kepala untuk mengeluarkan cairan tersebut kemudian dialirkan ke perut. Sayangnya, ia tak punya cukup biaya. Sementara Jamkesmas yang dulu pernah dipakai pada operasi pertama Risky sudah tidak berlaku lagi.
"Jadi Risky tidak bisa memakai Jamkesmas untuk kontrol setiap bulannya. Sudah hampir empat bulan terakhir Risky tidak pernah kontrol," keluhnya.
Menurut Cece, butuh waktu sekitar 2-3 bulan untuk membuat kartu Jamkesmas baru. Padahal Risky harus tetap dikontrol setiap bulannya yang memakan biaya sekitar Rp 1,5 juta. Belum obatnya yang mencapai Rp 500 ribu.
"Sekitar bulan Agustus-September baru akan tahu apakah dapat klaim dari rumah sakit atau tidak. Untuk operasi kedua baru bisa dilaksanakan menunggu Risky berumur 3-4 tahun," terangnya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, selama ini Cece mengaku terkadang dibantu sumbangan sukarela dari tetangga yang mengetahui kondisi Risky.
"Buat makan atau kebutuhan sehari-hari rata-rata banyak sumbangan dari tetangga. Kadang dikasih Rp 50 ribu, tapi itu hanya cukup untuk makan Risky saja," imbuh Cece.
Cece sangat berharap usahanya untuk mengurus surat Jamkesmas baru membuahkan hasil, agar Risky bisa sembuh total dan menjalankan aktivitas dengan normal.
"Biaya itu karena tidak memakai Jamkesmas, mungkin kalau sudah di klaim Kamkesmas biaya bisa lebih murah. Untuk transpor juga harus ada karena pengobatan dilakukan ke Bandung bukan di Garut. Semoga Risky bisa cepat ditolong," pintanya.
[wid]
BERITA TERKAIT: