"Berita itu cukup menggemparkan. Sebaiknya Freeport segera mengevaluasi kegiatan operasional tambang bawah tanah," kata Ketua komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Papua, Yan P. Mandenas, ketika dihubungi di Jayapura, Rabu (15/5).
Hal itu sangat penting karena dia mendengar Freeport berencana mengembangkan tambang bawah tanah, hingga segala sesuatu menyangkut aktivitas bawah tanah perlu didukung infrastruktur yang memadai.
"Bila perlu kecanggihan teknologi dipakai untuk pertambangan tersebut dan yang terutama adalah bagaimana karyawannya memiliki tingkat keselamatan yang maksimal," tegasnya.
Sebagai Ketua Komisi D DPRD Papua yang membidangi infrastruktur dan pertambangan, Yan menilai peristiwa runtuhnya salah satu terowongan di fasilitas pelatihan tersebut bisa dijadikan bahan pelajaran dan evaluasi yang lebih mendalam, karena perusahaan sekelas Freeport yang memiliki kemampuan dan teknologi di bidang tambang pun masih kecolongan.
Menurut Yan, sedang terjadi kerusakan-kerusakan di dalam perut bumi yang mungkin menyebabkan tambang bawah tanah yang digarap PT Freeport ambruk. Hal itu tidak diperhatikan dengan baik oleh PT Freeport saat lakukan eksplorasi bawah tanah, dan akibatnya puluhan pekerja atau karyawan menjadi korban.
PT Freeport juga dimintanya terbuka dan segera berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat dan kementerian melakukan investigasi.
"Saya dengar yang terjebak di dalam terowongan tersebut adalah pekerja yang rata-rata orang asli Papua, ini segera ambil tindakan penyelematan," serunya.
Sebanyak 32 orang pekerja diduga terjebak di dalam terowongan bawah tanah area PT Freeport pada Senin malam (13/5). Enam orang di antaranya dilaporkan selamat, yaitu Yapinus Tabuni, Yoni, Edowai, Petrus, Mathius dan David Gobai.
[ant/ald]
BERITA TERKAIT: