Penumpang Ekonomi Demonstrasi Damai Protes Kenaikan Tarif

Sabtu, 13 April 2013, 10:14 WIB
Penumpang Ekonomi Demonstrasi Damai Protes Kenaikan Tarif
rmol news logo Penumpang kereta api ekonomi kembali menggelar aksi damai di Stasiun Lempuyangan, memprotes rencana kenaikan tarif.

"Sudah ada telegram dari PT Kereta Api tentang kenaikan tarif per 9 April. Misalnya untuk tiket Kereta Api Progo dijual dengan harga Rp 90.000," kata Koordinator Paguyuban Masyarakat Pengguna dan Pelanggan Kereta Api Kelas Ekonomi Jarak Jauh, Stevanus, di Yogyakarta, Sabtu (13/4).

Sebelum hari ini menggelar aksi di Stasiun Lempuyangan, para penumpang kereta juga sudah menggelar aksi serupa di Jakarta.

Pengguna kereta api ekonomi biasanya memperoleh tiket dengan harga Rp35.000 untuk kereta Progo jurusan Jakarta-Yogyakarta. Menurut Stevanus, dengan kenaikan tarif tersebut maka kereta ekonomi sudah tidak ada lagi karena akan digantikan dengan kereta yang dilengkapi pendingin udara dengan harga tiket jauh lebih tinggi. Padahal pengguna layanan KA menilai fasilitas yang diberikan PT Kereta Api tidak sepadan.

"Fasilitas pendingin udara yang dipasang sama dengan yang biasanya digunakan di rumah-rumah atau AC Split. Ini tentu tidak sesuai standar," ungkapnya.

Sebagai penumpang yang selalu memanfaatkan moda transportasi kereta ekonomi untuk pulang-pergi Jakarta-Yogyakarta, Stevanus sangat menyayangkan rencana tersebut.

Ia berharap, lebih baik kenaikan tidak terlalu besar, misalnya maksimal Rp 50.000 atau Rp 60.000. Apalagi, PT Kereta Api masih memperoleh dana subsidi dari pemerintah sebesar Rp770 miliar pada tahun ini.

Bagi pengguna kereta api, lanjut dia, pemasangan pendingin udara bukan solusi peningkatan pelayanan dan kenyamanan. Tapi yang lebih dibutuhkan adalah ketepatan waktu tiba dan penjadwalan keberangkatan kereta api yang lebih rasional.

"Alasan kenaikan tarif kereta ekonomi karena adanya tambahan pendingin udara tidak rasional," katanya.

Selain itu, PT Kereta Api juga masih menerapkan tarif flat untuk kereta api ekonomi yaitu tarif dihitung berdasarkan jarak terjauh.

"Meskipun penumpang turun di Purwokerto, mereka tetap harus membayar tiket untuk tujuan Jakarta, tidak ada tarif jarak pendek," katanya.

Padahal, lanjut dia, kursi kosong tersebut akan dijual kembali kepada penumpang lain sehingga PT KA tetap memperoleh keuntungan. [ant/ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA