Di satu sisi, keberadaan PKL dinilai mengganggu ketertiban umum. Namun di sisi lain, jika mampu dikelola dengan baik, mereka bisa menjadi potensi ekonomi.
Penggiat pembangunan dan pengelolaan perkotaan dari Ruang Jakarta (Rujak) Center for Urban Studies, Dian Tri Irawati mengÂatakan, salah satu strategi menata PKL yakni dengan mengakui mereka sebagai bagian integral dalam kehidupan kota. Karena itu, mereka harus diikutÂkan dalam rancangan pembaÂnguÂnan kota. "Mereka harus diÂakui dan ikut dilibatkan dalam meÂnenÂtukan lokasi berdagang," ujarnya.
Selain itu, lanjut, perlu kebijaÂkan yang mengatur pengelolaan PKL yang berdagang di trotoar. Ia mencontohkan, di Bangkok miÂsalnya, banyak PKL yang berÂdagang di trotoar. Namun, kehadiran mereka sama sekali tidak mengganggu pejalan kaki kaÂrena lebar trotoar mencapai lima meter.
"Kalau bicara soal troÂtoar, tidak cukup hanya soal hak pejalan kaki, tapi juga keÂgiatan ekonomi rakyat," katanya.
Keadaan di Jakarta saat ini, lanjut Dian, banyak trotoar yang lebarnya sekitar 1-2 meter. Dengan lebar seperti itu, tentu trotoar sudah habis digunakan oleh PKL seÂhingÂga tidak meÂnyediakan ruang bagi pejalan kaki. “Inilah yang harusnya diÂcarikan solusinya oleh peÂmerintah,†pinta dia.
Selain itu, ia juga mengatakan, pemerintah harusnya membatasi perizinan bagi minimarket yang keberadaannya mulai mematikan pedagang kecil.
"Pemerintah selama ini mudah memberikan izin bagi minimarÂket. Coba kalau PKL itu paÂtungan untuk sewa lahan, diÂkasih izin nggak sama peÂmeÂrintah," usulnya.
Dian menyarankan, perlu ada badan khusus yang dibentuk unÂtuk mengelola PKL, seperti yang sudah dilakukan oleh Malaysia dan Singapura. Badan khusus itu, menurutnya, tidak hanya berÂfungsi mengurus perizinan bagi PKL. Tetapi juga bertugas memÂfasilitasi dan mengelola pedaÂgang. Misalnya dengan memÂberikan pelatihan keterampilan bagi mereka. "Perlu ada badan yang melihat pedagang ini sebaÂgai peluang bagi ekonomi kota," tandasnya.
Para PKL di Jakarta yang telah direlokasi ke dalam pasar terÂnyata masih banyak yang datang kembali ke tempat berjualannya semula di pinggir jalan. Salah satu alasan mereka, karena mengalami kerugian di tempat yang baru.
Anto, seorang pedagang sepatu di Pasar Rebo, Jakarta Timur mengaku hampir setiap hari berjualan di persimpangan jalan yang ramai. Mulai sore dia mengÂgelar dagangannya. Dengan mengÂgunakan gerobak ia memÂbawa puluhan sepatu yang akan dipajang di kiosnya yang terlihat seadanya.
Sejak berjualan di tempat yang ramai seperti dilakukannya selama ini, aku Anto, daganganÂnya lebih laku dibanding kalau berjualan di pasar. Dia khawatir, jika harus pindah tempat berÂjualan mata pencahariannya bisa terganggu. “Dipindah sih mau saja, asal ada jaminan masih bisa cari rezeki. Kami jualan begini kan juga karena tidak ada pilihan lain,†ungkapnya.
Berkaitan persoalan PKL ini, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyaÂtakan memahami dan mengakui, relokasi para PKL selama ini beÂlum efektif.
Untuk itu, dia meÂminta Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan PerÂdagangan (K-UMKMP) untuk mengundang PKL, Satpol PP, PD Pasar Jaya, serta lurah dan camat tiap wilayah untuk bertemu dan berdiskusi.
Setelah diadakan pertemuan tersebut, Ahok --sapaan akrab Basuki-- menyatakan, Pemprov DKI Jakarta akan bertindak tegas bila ada pedagang yang bandel. Diakui, banyak PKL yang masih menetap di pinggiran jalan meski sudah ada peringatan keras dari Pemprov DKI.
Diajak Muter Jokowi, Kepala Satpol PP Di-deadline 6 BulanPersoalan pedagang kaki lima (PKL) yang kerap memÂbuat macet dan semrawut ibukota menjadi salah satu perhatian utama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Tak heran, kepada pejabat Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta yang baru dilantik, Kukuh Hadi Santoso, Jokowi memÂbeÂri tenggat waktu (
deadline) enam bulan untuk mengatasi persoalÂan tersebut. "Target sudah saya beri, harus sudah terlihat kinerÂjanya," ujarnya.
Bahkan, untuk mereaÂlisasiÂkan ketertiban di Jakarta, JokoÂwi tidak segan-segan meÂngajak Kukuh berkeliling ke sejumlah lokasi yang harus ditertibkan dan dibersihkan dari PKL.
"Saya hanya ajak muter-muter, kan pejabat baru. Untuk melihat pekerjaan riil, pekerÂjaan lapangannya, yang dinanti masyarakat. Saya beri tahu di sini tidak boleh pasang ini, jualan kayak gitu juga tidak boleh. Tolong nanti itu diterÂtibkan," kata Jokowi.
Lokasi yang dikunjungi di antaranya Pasar Baru, sepanÂjang Jalan Medan Merdeka Timur, Medan Merdeka Barat, Medan Merdeka Selatan dan Medan Merdeka Utara. "Saya hanya memberikan contoh di beberapa tempat saja," ungÂkapnya.
Seperti diketahui, penataan PKL merupakan salah satu program Pemprov DKI JaÂkarta. Namun, kebanyakan masih ada PKL yang memilih kembali berjualan ke pinggir jalan setelah direlokasi ke pasar. [Harian Rakyat Merdeka]
BERITA TERKAIT: