Kesepakatan tersebut diambil Forbes GMD se-Tangerang Raya lantaran tak pernah ada koordinasi lintas lembaga antara calon yang diusung Partai Demokrat dengan lembaga kepemudaan di internal partai tersebut.
"Selama ini, calon yang diusung Partai Demokrat tak pernah menjalin hubungan dengan kami. Malah sebaliknya, pasangan Atut-Rano yang lebih memahami gerakan kami," kata Ketua Forbes GMD se-Tangerang Raya, Ahmad Hidayat, dalam siaran pers yang diterima Senin petang (3/10).
Bukan hanya itu, Hidayat menambahkan, sampai saat ini pihaknya pun merasa tidak ada petunjuk maupun intruksi langsung dari Partai Demokrat untuk melakukan konsolidasi dan bahu-membahu memenangkan pasangan Wahidin-Irna.
"Sebagai organisasi sayap partai yang paling tua, jelas kami merasa diabaikan. Dan kami pun memiliki pandangan sendiri untuk Pilgub Banten mendatang," katanya lagi.
Lebih lanjut Hidayat menerangkan, faktor lain yang membuat lembaganya tidak mendukung pasangan Wahidin-Irna juga lebih pada visi dan misi pasangan tersebut yang tidak jelas dan tidak mencerminkan Banten yang masih berusia muda.
"Slogan Perubahan yang diusung pasangan ini tidak tercermin dalam kebutuhan Banten yang membutuhkan konsep intergritas, sistematis dan terukur. Sebaliknya, kami melihat, visi dan misi yang dibawa pasangan Atut-Rano cenderung lebih tepat dan sudah terbukti memajukan Banten dibanding saat masih tergabung dalam Jawa Barat dulu," jelasnya.
Sekretaris Forbes GMD se-Tangerang Raya Bayu Hamdy Noersal menambahkan, pihaknya juga tidak sepakat dengan adanya penumpang gelap dalam tim pemenangan Wahidin-Irna yang disusupi Partai Nasional Demokrat (Nasdem). Bahkan, dalam sosialisasi Wahidin-Irna lebih banyak didominasi Partai Nasdem dan tekesan bahwa Partai Demokrat tidak berdaya apa-apa.
"Kami anggap, banyaknya gerakan yang lebih didominasi Partai Nasdem membuat Partai Demokrat mengerdilkan dirinya sendiri. Menimbang kami harus digerus partai lain yang menyusupi partai kami, lebih baik kami mengambil langkah sendiri," tandasnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: