"Kasus penembakan brutal di Las Vegas jadi momentum tepat pemerintah dalam hal pemberian izin kepemilikan senjata api kepada warganya," ujar peneliti bidang manajemen dan kebijakan publik Universitas Gadjah Mada (UGM) Budi Sugandha Nazam dalam keterangannya, Kamis (5/10).
Menurutnya, saat ini memang pemerintah Indonesia tidak mengizinkan warga sipil atau institusi di luar TNI/Polri memiliki senjata api. Tetapi, balakangan sedang ramai pemberitaan adanya institusi di luar TNI/Polri akan mendatangkan senjata ilegal sebagaimana disebut panglima TNI.
"Kalau ini benar maka pemerintah harus bertindak cepat dan tegas untuk meredam serta mencegah hal itu terjadi. Karena kalau dibiarkan bisa saja kasus penyalahgunaan senjata oleh orang atau institusi tertentu seperti yang ada di Amerika nantinya terjadi juga di Indonesia," terang Budi.
Dia menuturkan, beberapa jam pasca kejadian penembakan brutal Las Vegas, isu tentang pengetatan kepemilikan senjata kembali mencuat, salah satunya disuarakan mantan calon presiden Hillary Clinton. Meski demikian, tidak sedikit pihak yang menentang ide pengetatan senjata. Bahkan, justru mengangkat isu bahwa pelaku adalah keturunan psikopat, dan masalah keamanan hotel yang lemah.
"Karena 10 senjata otomatis bisa lolos masuk kamar dan lainnya. Untuk ke depannya, pemerintah AS harus lebih berani memutuskan UU kepemilikan senjata ini. Jangan sampai keinginan pemerintah untuk mengakomodir hak warga untuk melindungi diri dari kriminalitas dan terorisme justru disalahgunakan untuk membunuh warga lain yang tidak berdosa," jelas Budi.
Ditambahkannya, dalam dua tahun terakhir minimal terjadi tiga kasus penembakan massal di AS. Pertama, tahun 2015 di Detroit kasus penembakan yang mengakibatkan satu korban meninggal dan melukai sembilan orang. Masih di tahun yang sama juga terjadi penembakan massal di Gereja South Caroline yang menewaskan sembilan oarng.
"Kasus Las Vegas ini sebagai kasus terakhir dengan korban meninggal 58 orang dan 515 korban luka-luka. Di mana semua itu dilakukan oleh orang lokal," imbuh Budi.
[wah]
BERITA TERKAIT: