Rabu, 31 Desember 2025, 11:48 WIB
Menu Makan bergizi gratis (MBG) yang disiapkan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (Foto: Kantor Komunikasi Kepresidenan)
RMOL. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan sekadar bantuan sosial, melainkan sinyal perubahan besar dalam haluan ekonomi nasional. Program ini menandai pergeseran paradigma Indonesia dari sekadar mengejar angka pertumbuhan (growth at all cost) menuju pembangunan berbasis sumber daya manusia (human resource economics).
Pakar ekonomi sekaligus pendiri INDEF, Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri, menilai MBG sebagai langkah strategis untuk memutus rantai ketimpangan.
"Kalau MBG bisa konsisten dan (dilakukan) jangka panjang, ini akan menggeser pemikiran ekonomi di Indonesia yang lebih berorientasi pada pembangunan sumber daya manusia... Biasanya strateginya adalah pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya, maka yang akan dipilih adalah pembangunan infrastruktur besar-besaran. Tapi ini menyangkut seluruh penduduk terutama memperbaiki ketimpangan gizi dan pendidikan," ujar Prof Didin, dalam keterangan yang dikutip redaksi di Jakarta, Rabu 31 Desember 2025.
Intervensi ini menyasar 50 persen masyarakat kelas bawah, yang jika dikelola secara konsisten, akan mengecilkan kesenjangan sosial dan menciptakan dampak makro yang masif.
Perubahan perilaku ekonomi dan pola hidup mulai terasa di sekolah-sekolah, seperti di SMAN 1 Taraju, Tasikmalaya. Siswa kini beralih dari jajanan rendah nutrisi ke makanan bergizi. Alfi Alfian, seorang siswa, mengaku sangat terbantu.
"Sebelum ada MBG, paling cuma jajan cireng... Kata mama juga mantap di SMA ada MBG, sangat terbantu," ungkapnya.
Nurhayati, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, menambahkan bahwa MBG memengaruhi perilaku ekonomi dan kedisiplinan siswa. Kebiasaan jajan menurun, pengeluaran harian siswa turun dari Rp12.000-Rp15.000, dan kehadiran mereka di sekolah meningkat.
“Kehadiran siswa juga ada perubahan karena mereka merasa terbantu. Minimal asupan gizi akan berdampak terhadap kesehatan. Dengan gizi yang sehat ada semangat mereka untuk sekolah. Mudah-mudahan seiring berjalannya waktu, dengan adanya perbaikan gizi bisa dilihat efek jangka panjangnya," kata Nurhayati.
MBG juga memberi insentif tambahan bagi guru honorer yang membantu distribusi makanan, meningkatkan pendapatan mereka di luar gaji rutin. Program yang tetap berjalan saat libur sekolah menunjukkan komitmen negara dalam menghadirkan nutrisi bagi anak-anak Indonesia, sekaligus mencegah stunting dan memperbaiki kualitas gizi secara berkelanjutan.
Keberadaan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di daerah juga menggerakkan ekonomi lokal. Selain menciptakan lapangan kerja, mitra SPPG menyerap produksi bahan pangan lokal dari petani dan peternak.
“Keberadaan kami ini betul-betul dirasakan selain oleh penerima manfaat tapi juga oleh pelaku ekonomi seperti pasar, petani, dan yang lainnya. SPPG jadi jembatan yang sangat strategis untuk memfasilitasi mereka,” ujar Tino Rirantino, Mitra SPPG Cibuntu.
Meski sempat menghadapi tantangan teknis di tahun pertama, Badan Gizi Nasional dinilai berhasil melakukan konsolidasi.
Prof. Didin optimis bahwa MBG adalah fondasi bagi Indonesia untuk masuk ke era ekonomi berbasis ilmu pengetahuan (knowledge-based economy).
"Ini adalah situasi yang menciptakan optimisme jangka panjang... Bukan hanya masyarakat kelas atas saja yang bisa berpartisipasi, tapi nanti seluruh penduduk akan ikut terlibat. Ini dampaknya raksasa," pungkasnya.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.