Seruan itu muncul sehari setelah Perdana Menteri Sebastien Lecornu mengundurkan diri, kurang dari sebulan setelah dilantik. Keputusan Lecornu memperdalam krisis politik yang telah mengguncang pemerintahan Macron.
“Dia harus mengambil keputusan yang sesuai dengan tanggung jawabnya, yaitu menjamin kelangsungan lembaga negara dengan mundur secara tertib,” ujar Philippe, dikutip dari
AFP, Rabu, 8 Oktober 2025.
Krisis ini bermula sejak Macron memutuskan untuk menggelar pemilihan legislatif pada musim panas 2024. Langkah itu justru menjadi bumerang karena menghasilkan parlemen tanpa mayoritas yang jelas dan memperkuat posisi kelompok sayap kanan.
Media ternama Prancis, Le Monde, dalam editorial tajamnya menyebut situasi ini sebagai “bukti terbaru dari kehancuran” masa jabatan kedua Macron sejak terpilih kembali pada 2022.
“Presiden kini berada dalam krisis besar,” tulis Le Monde.
Gabriel Attal, mantan perdana menteri termuda Prancis yang kehilangan jabatannya setelah Macron mengumumkan pemilu dadakan 2024, juga angkat bicara. “Saya tidak lagi memahami keputusan presiden,” katanya.
“Setelah serangkaian pergantian perdana menteri, sudah saatnya mencoba sesuatu yang berbeda," tambahnya.
BERITA TERKAIT: