Ditengahi Malaysia, Thailand-Kamboja Sepakat Gencatan Senjata

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Selasa, 29 Juli 2025, 10:57 WIB
Ditengahi Malaysia, Thailand-Kamboja Sepakat Gencatan Senjata
Perdana Menteri Kamboja Hun Manet, PM Malaysia Anwar Ibrahim, dan pelaksana tugas Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai/Net
rmol news logo Setelah hampir sepekan terjadi bentrokan mematikan di wilayah perbatasan, Thailand dan Kamboja akhirnya sepakat melakukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat dalam sebuah pertemuan penting yang digelar di Putrajaya, Malaysia, pada Senin, 28 Juli 2025.

Kesepakatan tersebut diumumkan oleh Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, yang memimpin perundingan dengan dukungan perwakilan dari Tiongkok, Amerika Serikat, dan ASEAN.

“Kamboja dan Thailand telah mencapai kesepahaman bersama bahwa gencatan senjata akan dimulai pada tengah malam. Ini adalah langkah awal yang vital menuju de-eskalasi dan pemulihan perdamaian dan keamanan," ujar PM Anwar dalam konferensi pers, seperti dikutip dari Washington Post pada Selasa, 29 Juli 2025. 

Hadir dalam konferensi pers tersebut Perdana Menteri Kamboja Hun Manet dan pelaksana tugas Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai. 

Keduanya berjabat tangan di akhir pertemuan sebagai simbol komitmen terhadap perdamaian. Hun Manet menyambut hasil pertemuan dengan optimisme. 

“Pertemuan ini menghasilkan hasil yang sangat baik. Kami berharap ini akan segera menghentikan pertempuran yang telah menyebabkan banyak nyawa melayang, cedera, dan juga menyebabkan banyak pengungsian,” ungkapnya.

Konflik yang melibatkan tembak-menembak di lebih dari selusin titik perbatasan pekan lalu telah menewaskan sedikitnya 36 orang, sebagian besar warga sipil.

Hun Manet menyebutkan sekitar 300.000 orang terpaksa mengungsi dari wilayah perbatasan akibat kekerasan tersebut.

Kedua negara sepakat untuk melanjutkan upaya perdamaian dengan menggelar pertemuan informal antara komandan militer regional masing-masing pada Selasa pagi, pukul 07.00 waktu setempat. 

Jika memungkinkan, pertemuan akan dilanjutkan di tingkat atase pertahanan, dengan Malaysia memimpin sebagai ketua ASEAN tahun ini.

Sementara itu, dinamika geopolitik dan ekonomi juga ikut memainkan peran. Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebelumnya mengancam akan menunda negosiasi perdagangan dengan Thailand dan Kamboja jika kedua negara gagal mencapai kesepakatan damai. 

Pada April lalu, Trump memberlakukan tarif sebesar 49 persen untuk barang Kamboja dan 36 persen untuk barang Thailand. Tarif terhadap Kamboja kemudian diturunkan menjadi 36 persen, dan dijadwalkan mulai berlaku pada 1 Agustus.

“Kami sedang berunding tentang perdagangan dengan kedua negara, tetapi tidak ingin membuat kesepakatan jika mereka bertikai dan saya telah memberi tahu mereka!” tulis Trump di media sosial Truth Social.

Kendati demikian, baik Hun Manet maupun Phumtham menyampaikan terima kasih kepada Presiden Trump atas keterlibatannya. 

“Kamboja menghargai upaya Amerika Serikat dan berterima kasih kepada pemerintah ini atas penyelenggaraan pertemuan penting ini untuk mendukung perdamaian,” ujar Hun Manet. Ia juga memuji kontribusi Tiongkok dalam proses tersebut.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA