Sumber-sumber keamanan Mesir mengungkapkan bahwa Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, yang tengah berada di Washington, diberi tahu oleh Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio bahwa rencana pemindahan akan dibahas jika Sisi berkunjung ke Gedung Putih.
Menanggapi hal tersebut, Abdelatty langsung menegaskan bahwa pertemuan semacam itu tidak akan ada gunanya.
“Setiap diskusi harus dilakukan mengenai rencana Mesir sendiri untuk membangun kembali Gaza,” ungkap sumber yang mengetahui isi pertemuan tersebut seperti dimuat Reuters pada Kamis, 13 Februari 2025.
Sikap Mesir ini selaras dengan pernyataan Sisi sebelumnya yang berulang kali menolak kemungkinan memfasilitasi pemindahan warga Palestina dari Gaza.
Trump memicu kemarahan di dunia Arab dengan usulan kontroversialnya yang berencana memindahkan lebih dari dua juta warga Palestina dari Jalur Gaza secara permanen.
Rencana tersebut mencakup klaim kendali AS atas wilayah tersebut dan menjadikannya sebagai "Riviera Timur Tengah".
Presiden AS juga menekan Mesir dan Yordania agar menerima warga Palestina yang terusir, bahkan mengancam akan mencabut bantuan bagi kedua negara jika mereka menolak.
Menanggapi situasi ini, Presiden Sisi bersama Raja Yordania Abdullah menegaskan bahwa solusi bagi Gaza adalah pembangunan kembali, bukan pengusiran penduduknya.
“Kami ingin memastikan warga Palestina tetap berada di tanah mereka,” tegas kepresidenan Mesir dalam pernyataan resmi.
Mesir merupakan salah satu sekutu utama AS di Timur Tengah dan selama puluhan tahun menjadi penerima bantuan militer terbesar dari Washington, setelah Israel.
Tahun lalu, AS mengalokasikan 1,3 miliar dolar dalam bentuk bantuan militer ke Mesir, serta menyetujui potensi penjualan senjata senilai lebih dari 5 miliar dolar.
Namun, meskipun Trump sebelumnya mengancam akan menarik bantuan tersebut jika Mesir menolak rencana pemindahan warga Palestina, Menteri Rubio tidak mengulang ancaman itu dalam pertemuannya dengan Abdelatty. Sebaliknya, ia hanya mendesak Mesir agar mempertimbangkan rencana AS.
Kendati demikian, para analis menilai Mesir tidak akan mengorbankan kepentingan nasionalnya demi mempertahankan bantuan dari AS.
“Tidak ada pemasok yang sebanding dengan Amerika, itulah sebabnya Mesir selama ini senang mempertahankan hubungan ini. Tetapi itu tidak akan mengorbankan kepentingan nasional mereka sendiri,” kata Hellyer.
Dalam upaya menegaskan sikapnya, Presiden Sisi dan Raja Abdullah berbicara melalui telepon pada Rabu lalu, 12 Februari 2025 sepakat bahwa prioritas utama adalah membangun kembali Gaza tanpa menggusur warganya.
Keduanya juga menyerukan agar Trump berperan aktif dalam mendorong solusi dua negara berdasarkan perbatasan tahun 1967, demi perdamaian jangka panjang di Timur Tengah.
BERITA TERKAIT: