Hal itu ditegaskan oleh Diplomat senior Kementerian Luar Negeri RI, Ple Priatna dalam tayangan video di kanal Youtube Obrolan Waras bersama Bambang Widjojanto yang dirilis pada Senin, 4 November 2024.
Menurut Priatna, perang di Jalur Gaza dan sekitarnya sudah di luar batas kenormalan manusia, dengan korban tewas tercatat 43.000 orang dan korbannya sebagian besar merupakan sipil anak-anak dan perempuan.
"Krisis yang sudah melewati jauh dari kewarasan. Ini sudah di luar batas kenormalan manusia," ujarnya.
Dia menyoroti bagaimana Israel membuat Gaza sudah seperti
open-air prison atau penjara terbuka terbesar di dunia. Pasukan IDF tidak hentinya menggempur objek non-militer penting, kemudian penyetopan bantuan di gerbang Rafah yang mengakibatkan semakin buruknya krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Priatna menilai apa yang dilakukan Israel sudah bukan lagi perang melawan milisi Hamas, sebagaimana yang mereka gaungkan, melainkan telah menjadi kejahatan genosida dan tujuan utamanya ialah pemusnahan.
"Sudah sampai detail kejahatan memang disiapkan IDF menggunakan sarana sipil untuk melakukan ethnic cleansing. Karena semua dihancurkan. Ini pemusnahan etnis yang didukung oleh Amerika. Tidak dihalangi sama sekali oleh Amerika," kata dia.
Menurutnya, sejak awal perang memang sudah tidak proporsional, di mana lawan Israel yakni Hamas dan Hizbullah adalah kelompok militer yang tidak setingkat dengan negara.
"Perang ini sudah tidak jelas, ini genosida, tidak ada tujuan untuk perlawanan yang seimbang, satu hamas dan Hizbullah itu milisi," paparnya.
BERITA TERKAIT: