Bekerja sama dengan Konsulat Kebudayaan Kedutaan Besar Iran di Jakarta dan RRI, acara tersebut berlangsung sangat khidmat dengan dihadiri oleh 500 tamu undangan dari kalangan pejabat pemerintah RI, ulama, perwakilan negara sahabat, mahasiswa dan masyarakat lokal.
Berdasarkan pantauan
RMOL, sebelum acara dimulai, diputarkan beberapa cuplikan foto dan video yang menunjukkan sosok Raisi semasa hidup dan peran pentingnya bagi Republik Islam Iran.
Terlihat para penonton terharu bahkan ada yang sampai meneteskan air mata saat gambar di layar menunjukkan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memimpin salat jenazah Raisi dan rombongan.
Dalam sambutannya, Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi menggambarkan sosok Raisi sebagai pemimpin yang penuh komitmen dan mencintai rakyatnya.
"Presiden Raisi merupakan sosok pemimpin yang tidak mengenal libur dan cuti, tidak mengenal malam. Semua waktunya dipersembahkan untuk berkhidmat. Beliau memberikan segalanya umur waktu untuk berkhidmat kepada bangsa negara," ujarnya.
Dubes menyebut, atas dedikasi dan kontribusi Raisi selama menjabat, Organisasi Komunikasi dan Kebudayaan Islam Iran menyusun sebuah sebuah buku memoar berjudul "Abdi Bangsa" yang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa.
"Karena khidmat beliau inilah maka kita menyebutnya sebagai syuhada atau syahid abdi bangsa," kata Dubes.
Sementara itu, Kepala Organisasi Komunikasi dan Kebudayaan Islam Iran Mehdi Imanipour menyampaikan pesan melalui perwakilan Konsulat Kebudayaan, bahwa Iran benar-benar kehilangan sosok pemimpin yang semasa hidupnya berjuang untuk kemerdekaan Palestina.
"Presiden syahid ini terus mendukung poros perlawanan, mendukung kemerdekaan Palestina baik dalam ucapan maupun perbuatannya dunia akan selalu mengingat itu dari beliau," kata dia.
Imanipour menjelaskan, buku yang mereka luncurkan menceritakan masa remaja Raisi dan tanggung jawab yang diemban selama masa Revolusi Islam Iran.
"Buku 'Abdi Bangsa' yang kita
launching hari ini hanyalah sebagian yang bisa menggambarkan kepribadian beliau intelektualitas dan perjalanan makrifat presiden baik di dalam maupun di luar negeri," paparnya.
Turut hadir dalam acara tersebut, Imam Masjid Istiqlal, Nazaruddin Umar. Dia mengenang pertemuannya dengan Raisi selama kunjungan di Indonesia tahun lalu.
"Masih hangat dalam pelukannya ketika dia datang ke Istiqlal kami berbincang tentang berbagai hal, tentang kerjasama dua negara yang penting di dunia Islam," ungkap Nazaruddin.
Dia mengaku sangat sedih mendengar berita kepergian Raisi. Menurutnya sosok Presiden Iran itu merupakan kebanggan semua umat Muslim.
"Presiden Iran bukan hanya kebanggaan Iran tapi kebanggaan kami juga umat Islam Indonesia. Semoga seluruh amal kebaikannya diterima dan dilipatgandakan oleh Allah," ucapnya.
Presiden Raisi bersama Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian dan para pejabat yang menyertainya meninggal dalam kecelakaan helikopter tragis di Provinsi Azerbaijan Timur Iran pada Minggu (19/5).
Sepeninggal Raisi, kekuasaan sementara diambil alih oleh wakilnya, Mohammad Mokhber atas izin pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Setelah 50 hari kematian Raisi, pemilihan presiden baru Iran digelar pada Jumat (28/6) dengan empat kandidat tersisa. Hasil pemungutan suara menunjukkan kandidat pro-reformasi Masoud Pezeshkian dan konservatif Saeed Jalili imbang dan akan mengikuti putaran kedua.
BERITA TERKAIT: