Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Studi Hill ASEAN Ungkap Dinamika Tradisi dan Modernitas Keluarga ASEAN

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Kamis, 27 Juni 2024, 15:04 WIB
Studi Hill ASEAN Ungkap Dinamika Tradisi dan Modernitas Keluarga ASEAN
Para pembicara di HILL ASEAN FORUM 2024 yang dilaksanakan di Soehanna Hall, SCBD, Jakarta, pada Rabu, 26 Juni 2024/Ist
rmol news logo Hasil riset terbaru yang dikeluarkan Hakuhodo Institute of Life and Living ASEAN (HILL ASEAN) mengungkap bagaimana dinamika keluarga di ASEAN dalam menyeimbangkan nilai-nilai tradisi dan modernitas yang dihadapi saat ini.

Lembaga penelitian yang berada di bawah perusahaan periklanan Jepang, Hakuhodo Inc. itu memaparkan hasil studi bertema "Keluarga ASEAN" dengan menggelar acara HILL ASEAN FORUM 2024 yang dilaksanakan di Soehanna Hall, SCBD, Jakarta, pada Rabu, (26/6).

Direktur Hakuhodo International Indonesia dan HILL ASEAN, Devi Attamimi menjelaskan bahwa riset terkait perubahan sikap dan perilaku masyarakat berkeluarga penting untuk membantu perusahaan-perusahaan di ASEAN khususnya di Indonesia menerapkan strategi pemasarannya.

Dikatakan Devi, HILL ASEAN pernah melakukan riset dengan tema yang sama di tahun 2014, sehingga riset terbaru dapat menunjukkan perbedaan orientasi keluarga ASEAN dalam satu dekade terakhir.

“HILL ASEAN merasa dalam 10 tahun terakhir itu ada banyak sekali perubahan yang terjadi di tengah masyarakat, dan keluarga itu kan inti dari masyarakat," ungkap Devi sambil menjelaskan bahwa brand produk perlu mengetahui hasil riset tersebut guna membentuk persepsi dan mengetahui kebutuhan pasar.

Penelitian dilakukan melalui survei kuantitatif serta survei dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah yang dilaksanakan di enam negara ASEAN seperti Thailand, Indonesia, Vietnam, Filipina, Malaysia dan Singapura.

Dari paparan pemateri yang hadir di HILL ASEAN FORUM 2024, terdapat nilai-nilai baru dari sei-katsu-sha keluarga di ASEAN:

1. Dari Always-on Connection ke Sharing-on-Demand.

Sepuluh tahun lalu, kemajuan teknologi seperti media sosial dan panggilan video memungkinkan keluarga yang tinggal berjauhan untuk tetap terhubung secara terus-menerus. Tetapi, koneksi yang terhubung 24/7 (always-on connection) kini justru menjadi beban.

Sebaliknya, anggota keluarga sekarang lebih memilih untuk berbagi informasi sesuai permintaan, memilih waktu dan topik yang paling relevan (sharing-on-demand).

Perubahan ini telah memperkuat, bukan melemahkan, ikatan keluarga karena mereka memanfaatkan platform seperti media sosial untuk saling memberi kabar terbaru.

2. We-nique family; "Keluarga Kami" yang unik.

Anak-anak merupakan simbol untuk mewujudkan nilai serta kreativitas keluarga. Keunikan mereka adalah hal yang penting bagi keluarga ASEAN karena dijadikan panutan bagi keluarga lain.

Untuk menjadi unik, keluarga akan memanfaatkan berbagai platform, memilih aktivitas yang berbeda dari yang umum, hingga menyesuaikan tradisi guna menampilkan keunikan keluarga mereka.

3. Me in We; Ada aku dalam kita.

Seiring dengan berkembangnya ekonomi ASEAN dan berkembangnya individualisme, terdapat peningkatan yang nyata dalam penghormatan terhadap privasi dan otonomi di masyarakat.

Perubahan ini telah membuat orang tua di ASEAN saat ini lebih memprioritaskan mengajarkan anak-anak mereka berpikir kritis dan memberi mereka kebebasan yang lebih besar. Dengan melakukan itu, mereka mewujudkan aspirasi generasi orang tua yang sebelumnya tidak tercapai.

4. Parenting 2.0: Tumbuh kembang diri, kebahagiaan, dan bimbingan.


Berbeda dengan pengasuhan ketat di masa lalu, keluarga di ASEAN saat ini dipandang bukan hanya sebagai investasi atau asuransi untuk masa depan, tetapi lebih sebagai sumber pertumbuhan dan kebahagiaan. Pola pengasuhan menghadirkan rasa terbimbing dan kebijaksanaan bagi anggota keluarga.

Chairman of Hakuhodo International Indonesia, Irfan Ramli mengungkap hal yang unik dari hasil riset keluarga ASEAN, di mana 84 persen keluarga Indonesia percaya bahwa bahwa pendidikan agama atau kepercayaan religius merupakan kunci untuk menjadi orang yang baik dan berbudi luhur.

Selain itu, di Indonesia, orang tua menerapkan experimental syncretic parenting atau gaya pengasuhan progresif, di mana mereka menciptakan gaya pengasuhan sendiri, namun tetap menjunjung tinggi tradisi serta kepercayaan religius.

"Penelitian ini menemukan bahwa keluarga Indonesia dikenal sebagai 'The Devoted Weaver', mereka menekankan keseimbangan antara aspek modern dan keyakinan tradisional. Berdedikasi kepada agama atau keyakinan dan kepada generasi serta
keluarga,” paparnya.

Secara keseluruhan, kata Irfan, penelitian HILL ASEAN mengindikasikan bahwa keluarga-keluarga di ASEAN terus berpegang pada nilai-nilai tradisional sambil mengadopsi nilai-nilai baru, menciptakan struktur keluarga yang tangguh dan adaptif yang mampu menghadapi kompleksitas kehidupan modern sambil tetap setia pada akar budaya mereka.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA