Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

FPCI Berharap Indonesia dan India Aktif Cegah Perlombaan Senjata di Indo Pasifik

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Jumat, 03 Mei 2024, 15:17 WIB
FPCI Berharap Indonesia dan India Aktif Cegah Perlombaan Senjata di Indo Pasifik
Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal di acara Jakarta Future Forum di Hotel JW Marriot, Jakarta pada Kamis malam, 2 Mei 2024/RMOL
rmol news logo Dunia yang semakin terfragmentasi dan persaingan geopolitik di kawasan Indo-Pasifik memperkuat orientasi negara untuk meningkatkan sistem pertahanan mereka.

Hal itu disampaikan oleh Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal di acara Jakarta Future Forum di Hotel JW Marriot, Jakarta pada Kamis malam (2/5).

Dino menjelaskan bahwa potensi perlombaan senjata di kawasan semakin nyata setelah perang Rusia-Ukraina meletus Februari 2022 lalu.

Dia yakin bahwa saat ini puluhan negara NATO telah menghabiskan 2 persen anggaran militer dari PDB-nya untuk memberikan dukungan pada Ukraina, maupun memperkuat pertahanan mereka.

Peningkatan belanja pertahanan juga terlihat di Asia Tenggara. Tetapi menurut Dino, perlombaan senjata ini seharusnya tidak pernah ada.

"Kita tidak ingin melihat perlombaan senjata karena itu tidak menguntungkan kawasan sama sekali," tegasnya.

Lebih lanjut, Dino menyoroti peran India dan Indonesia dalam menangani isu perlombaan senjata di kawasan Indo Pasifik.

Dino menilai, keduanya memiliki potensi besar menjadi agen perdamaian yang berperan meredakan rivalitas dan mempromosikan hubungan kerja sama yang baik antar negara.

"Saya pikir ini adalah sesuatu yang dapat diredakan oleh seluruh Indonesia dan India agar dapat mendorong emosi yang lebih positif," tegasnya.

Menurut Dino peningkatan anggaran pertahanan telah membuat banyak negara cenderung memotong alokasi dana mereka untuk transisi hijau dan pencapaian target pembangunan berkelanjutan atau SDGs.

Dino menyebut, dunia membutuhkan setidaknya 4 triliun dolar AS setiap tahunnya untuk memastikan target SDGs dapat rampung tepat waktu. Meski demikian, ia mengaku tak yakin akan ada negara besar yang mau ikut berkontribusi. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA