Dalam sebuah pernyataan pada Senin (18/3), Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev mengucapkan selamat kepada Putin atas terpilihnya kembali sebagai kepala negara Rusia.
"Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev mengucapkan selamat kepada Presiden Rusia Vladimir Putin atas kemenangan meyakinkannya dalam pemilihan presiden," tulis pernyataan tersebut.
Kantor berita resmi Korea Utara
KCNA menyampaikan ucapan selamat dari pemimpin Kim Jong Un kepada Putin.
Disebutkan bahwa pesan itu akan disampaikan ke Kementerian Luar Negeri Rusia oleh Duta Besar Korea Utara di Moskow, Sin Hong Chol.
Sementara itu, Presiden Venezuela Nicolas Maduro ikut memberikan ucapan selamat, sekaligus mengakui hasil pemungutan suara yang menunjukkan bahwa Putin memperoleh lebih dari 80 persen suara.
"Kemenangan Vladimir Putin sebagai Presiden Federasi Rusia untuk periode 2024-2030, mencerminkan pengakuan rakyat Rusia terhadap komitmen mendalam pada demokrasi dan partisipasi luar biasa mereka pada hari pemilihan yang sukses ini," tulis Menteri Luar Negeri Venezuela Yvan Gil di X.
Presiden Nikaragua Daniel Ortega juga memuji hasil pemungutan suara di Rusia sebagai kontribusi terhadap stabilitas global.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez Parrilla mengucapkan selamat kepada Presiden melalui unggahan di platform X pribadinya.
“Kami mengucapkan selamat kepada Vladimir Putin atas terpilihnya kembali dia sebagai Presiden Rusia. Kami akan terus memperkuat persahabatan dan solidaritas antara masyarakat dan pemerintah kami," cuitnya.
Selain itu, Presiden Bolivia Luis Arce memposting di X untuk mengatakan bahwa kemenangan Putin adalah tanda persatuan rakyat Rusia mengenai kedaulatan dan pembangunan yang berkelanjutan.
Data terbaru dari Komisi Pemilihan Umum Pusat Rusia menunjukkan bahwa pada pukul 07.00 waktu Moskow, Putin memimpin perolehan suara presiden Rusia dengan 87,32 persen.
Pemungutan suara berlangsung selama tiga hari dari tanggal 15 Maret hingga 17 Maret. Ini menandai pemilihan presiden Rusia pertama sejak reformasi konstitusi tahun 2020.
Reformasi ini membatalkan masa jabatan Putin sebelumnya, sehingga memungkinkannya untuk mencalonkan diri lagi.
BERITA TERKAIT: