Hal itu disampaikan oleh Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim, dalam sebuah keterangan pada Selasa (23/1).
Menurut Noto, untuk melanjutkan perangnya di Jalur Gaza, Israel harus mendapat dukungan politik dan juga militer dari AS.
Namun, belakangan hubungan keduanya menjadi sedikit renggang setelah Perdana Menteri Netanyahu menolak mentah-mentah gagasan AS untuk membentuk pemerintah Palestina setelah perang Gaza berakhir.
"Amerika sendiri sudah mulai gontai melayani keinginan Israel apalagi gencatan senjata secara permanen dan solusi dua negara (Two State Solution) tidak digubris oleh Israel," kata Noto.
Noto menilai kondisi itu dapat dimanfaatkan untuk melemahkan kekuatan militer Israel di Jalur Gaza.
"Perbedaan sikap Amerika- Israel ini bisa dijadikan momentum untuk memperlemah Israel atau untuk mempertajam perbedaan sehingga dua-duanya lemah dengan sendirinya," ujarnya.
Lebih lanjut Noto menyoroti perkembangan warga AS sendiri yang saat ini sudah mulai terpecah menjadi pro Palestina dan pro Israel.
"Semua ini momentum untuk terus melakukan global pressure baik kepada Israel maupun Amerika," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: