Penemuan tersebut diterbitkan melalui jurnal Science Advances oleh Badan Antariksa Eropa pada Kamis (12/10).
Dikatakan, sekitar 40 persen atau 71 dari 162 lapisan es Antartika kehilangan massanya dari tahun 1997 hingga 2021, dengan 68 lapisan di antaranya mengalami penurunan yang signifikan secara statistik.
Penulis jurnal sekaligus peneliti utama, Benjamin Davison dari University of Leeds mengatakan bahwa pencairan tersebut merupakan bukti bagaimana perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia berdampak pada Antartika.
Diungkap Davidson, awalnya tim mereka mengira sebagian besar lapisan es akan mengalami siklus penyusutan yang cepat kemudian tumbuh kembali secara perlahan. Tetapi justru hampir setengahnya menyusut tanpa ada tanda-tanda pemulihan.
"Selama periode penelitian para ilmuwan menemukan 29 lapisan es bertambah massanya dan 62 lainnya tidak berubah secara signifikan," ungkapnya, seperti dimuat
Al Arabiya.
Menurut penjelasan Davidson, penyebab utama pencairan ini adalah arus laut dan angin di sisi barat Antartika, yang mendorong air hangat ke bawah lapisan es.
Lapisan es Antartika sendiri membantu melindungi dan menstabilkan gletser di kawasan itu dengan memperlambat alirannya ke laut. Jika lapisan mencair dan air tawar ke laut meningkat, maka dapat berdampak buruk pada sirkulasi laut.
BERITA TERKAIT: