Hadir dalam peluncuran buku di Jaya Suprana School of Performing Arts di Mall of Indonesia, Kelapa Gading, Jakarta pada Minggu (30/7), Dubes Vorobieva mengaku belum membaca buku karya Teguh karena ditulis dalam Bahasa Indonesia. Tetapi ia berencana mengerahkan translator untuk menerjemahkannya ke dalam Bahasa Rusia.
"Di kedutaan kami memiliki lebih dari 10 orang yang yang bisa menerjemahkan ke dalam bahasa Rusia," ujar Vorobieva, saat diberi kesempatan menyampaikan testimoni tentang penulis di atas panggung.
Lebih lanjut, Dubes Vorobieva menceritakan bagaimana dirinya pertama kali bertemu dengan Teguh Santosa yang saat ini juga merupakan Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI).
Sudah lebih dari lima tahun sejak Vorobieva ditugaskan ke Indonesia, dan Teguh diakui sebagai jurnalis pertama yang ia temui saat pertama kali tiba di Jakarta.
"Saya ingin memberi tahu Anda, bahwa wartawan yang pertama saya temui adalah Bapak (Teguh)," kata Dubes, sambil menambahkan bahwa sejak bertemu keduanya menjalin hubungan kerja sama yang baik.
Dubes juga mengapresiasi kinerja Teguh sebagai jurnalis, karena di tengah perang informasi tentang Kremlin, Teguh memberikan ruang yang cukup bagi pembaca di Indonesia untuk melihat sudut pandang Rusia.
"Kami sangat menghargai bahwa ada jurnalis Indonesia yang bersedia menyebarkan alternatif atau sudut pandang Rusia tentang apa yang terjadi. Dan kami merasa masyarakat Indonesia berhak untuk mengetahuinya. Dan tentu saja, kami sangat menghargai pekerjaannya yang luar biasa," ujarnya.
Kedua buku tersebut berisi kumpulan wawancara Teguh sejumlah duta besar negara sahabat di Jakarta yang dilakukannya dalam beberapa tahun terakhir, termasuk Dubes Vorobieva.
BERITA TERKAIT: