Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam artikel yang disiapkan untuk KTT Rusia-Afrika ke-2, bahwa Rusia juga selalu menaruh perhatian besar pada masalah yang berkaitan dengan pasokan gandum, jelai, jagung, dan tanaman lainnya ke negara-negara Afrika.
"Dan Kami telah melakukannya baik atas dasar kontrak maupun gratis sebagai bantuan kemanusiaan, termasuk melalui Program Pangan PBB," paparnya, seperti dikutip dari situs resmi Kremlin, Jumat (24/7).
Putin kemudian merujuk pada “kesepakatan biji-bijian”. Ia memaparkan bahwa tujuan awal kesepakatan itu adalah untuk memastikan keamanan pangan global, mengurangi ancaman kelaparan, dan membantu negara-negara termiskin di Afrika, Asia, dan Amerika Latin, yang menjadi alasan mengapa Rusia bersedia memfasilitasi penerapannya.
Sayangnya, kesepakatan tersebut justru digunakan Barat untuk mengambil keuntungan, di mana Barat mengekspor dan menjual kembali biji-bijian tersebut.
"Sementara Rusia telah mengirim pupuk ke negara-negara termiskin di dunia secara gratis, Barat justru telah memasang penghalang dengan memblokir sebagian besar pasokan dan menahannya," ujar Putin.
“Dari 262.000 metrik ton barang yang diblokir di pelabuhan Eropa, hanya dua pengiriman yang dikirimkan – satu dari 20.000 metrik ton ke Malawi dan yang lainnya 34.000 metrik ton ke Kenya. Sisanya masih ditahan dengan tidak hati-hati oleh orang Eropa,” keluh Putin.
Hal itulah yang menjadi pertimbangan Rusia untuk tidak lagi melanjutkan kesepakatan biji-bijian karena telah gagal memenuhi tujuan kemanusiaan aslinya.
"Kami menentang perpanjangan kesepakatan tersebut yang berakhir pada 18 Juli," tegas Putin.
KTT Rusia-Afrika kedua dan Forum Ekonomi dijadwalkan pada 27-28 Juli di St. Petersburg. Acara pertama diadakan di Sochi pada 22-24 Oktober 2019 dengan slogan "Untuk perdamaian, keamanan, dan pembangunan."
BERITA TERKAIT: