Hujan es yang terjadi beberapa hari belakangan, mengingatkan akan bahaya perubahan iklim yang tidak biasa.
Presiden regional, Luca Zaia, mengatakan hujan es berdiameter hingga 10 sentimeter yang menghujani jalan-jalan Veneto itu begitu mengejutkan warga.
"Gelombang cuaca buruk yang berdampak pada wilayah pegunungan kami, kini juga melanda dataran, menyebabkan cedera pada beberapa orang," kata Zaia, seperti dikutip dari
CNN, Jumat (21/7). Menurutnya, sebagian besar cedera disebabkan oleh pecahan kaca dan orang yang terpeleset karena hujan es.
Pihak perlindungan sipil regional Veneto mengkonfirmasi bahwa pihak layanan darurat telah menanggapi lebih dari 500 permintaan bantuan karena kerusakan properti dan cedera pribadi.
Eropa telah dilanda perubahan dramatis dalam cuaca tahun ini. Italia, Spanyol, dan Yunani menghadapi panas yang tak henti-hentinya selama berhari-hari.
Ibukota Italia, Roma, bahkan mencapai rekor suhu baru 41 derajat Celcius pada Selasa (18/7).
Masyarakat Meteorologi Italia menamai gelombang panas terbaru sebagai Cerberus, sesosok monster berkepala tiga yang muncul di Dante's Inferno sebagai penjaga gerbang neraka.
"Bumi mengalami demam tinggi dan Italia merasakannya secara langsung," kata Kepala Masyarakat Meteorologi Italia, Luca Mercalli, kepada
CNN.
Pada bulan Mei, sebagian wilayah Italia utara Emilia Romagna menderita banjir mematikan 'sekali dalam satu abad', dengan lebih dari 20 sungai di wilayah itu meluap dan memicu gelombang tanah longsor.
Ketika krisis iklim yang disebabkan oleh manusia semakin cepat, para ilmuwan memahami dengan jelas bahwa peristiwa cuaca ekstrem hanya akan menjadi lebih sering dan lebih intens.
BERITA TERKAIT: