Hal itu ia ungkapkan selama wawancara dengan penyiar Deutsche Welle (DW), seperti dikutip dari
Al Arabiya pada Senin (17/7).
Baerbock masih menaruh harapan bahwa pembicaraan damai dapat dimulai dengan Putin. Tetapi nyatanya ketika banyak pihak meminta Rusia menahan diri sebelum invasi, negara itu justru mengerahkan 100 ribu tentaranya masuk Ukraina.
"Saya berharap kita bisa bernegosiasi. Tapi saat ini bukan tentang apa yang Anda inginkan, tapi saat ini tentang kenyataan yang kita hadapi," tegasnya.
Pesimis dengan Putin, Baerbock mendorong mitranya Ukraina agar berjuang sendiri untuk memenangkan kembali tanah dan perdamaiannya.
“Itu hanya akan berhasil jika perang agresi Rusia yang brutal ini dihentikan, jika tentara Rusia meninggalkan Ukraina dan serangan setiap malam oleh drone, rudal, bom di Ukraina ini berhenti,” tuturnya.
Sejalan dengan itu, Baerbock juga mendorong agar Jerman dapat menarik pelajaran dari perang Rusia-Ukraina. Menurutnya kemandirian militer adalah kunci utama, sebab pertahanan akan rentan jika terlalu bergantung pada pihak lain.
"Kita harus melindungi ketahanan kita sendiri, keamanan kita sendiri dan mengurangi ketergantungan yang membuat kita jauh dari perdamaian," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: