Hal tersebut disampaikan Wakil Jurubicara PBB, Farhan Haq, yang menegaskan bahwa Guterres tetap pada pendiriannya untuk mengecam serangan mematikan tersebut di Tepi Barat.
Penolakan itu dikeluarkan Guterres, setelah Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, mengajukan permohonan kepada Sekjen PBB, untuk mencabut pernyataan kecamannya terhadap pasukan Israel yang menggunakan kekuatan berlebihan dan melukai warga sipil selama serangan mereka di kamp pengungsi Jenin.
Dalam pernyataan resmi, Erdan menyebut pernyataan Guterres sebagai tindakan yang memalukan, dibuat-buat, dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Menurut Erdan komunitas internasional dan Dewan Keamanan PBB juga harus tanpa syarat untuk mengutuk serangan teror Palestina baru-baru ini dan meminta pertanggungjawaban kepemimpinan Palestina.
"Pasukan Israel di Jenin hanya membalas mereka yang melakukan teror yang menargetkan warga sipil Israel yang tidak bersalah," klaimnya.
Sebagai tanggapan, jurubicara menyampaikan bahwa Guterres akan tetap mendukung pandangannya tersebut.
Mengutip
Aljazeera, pada Sabtu (8/7), Guterres yang marah telah mengutuk serangan udara Israel yang diklaim telah melukai lebih dari 100 warga sipil, menghancurkan ribuan rumah dan fasilitas publik, serta mengganggu pasokan air dan listrik.
“Serangan udara dan operasi darat Israel di kamp pengungsi yang padat adalah kekerasan terburuk di Tepi Barat dalam beberapa tahun, dengan dampak yang signifikan terhadap warga sipil,” kata Guterres pada Kamis lalu.
Menanggapi seriusnya masalah tersebut, DK PBB sendiri telah membahas operasi Jenin Israel secara tertutup atas permintaan Uni Emirat Arab dan menerima pengarahan dari Asisten Sekretaris Jenderal PBB Khaled Khiarim, untuk mengambil tindakan terhadap penyerbuan besar-besaran Israel.
BERITA TERKAIT: