Menurutnya,ada beberapa pernyataan rasional yang disampaikan Obama tentang sejarah Krimea di antara wawancara tersebut.
"Dari waktu ke waktu pemikiran rasional seperti itu akhirnya menemukan jalan keluarnya," kata Peskov.
Dalam wawancara yang disiarkan
CNN pada Kamis (22/6), Obama mengakui bahwa sejumlah besar penduduk di semenanjung itu mendukung posisi Rusia pada 2014.
“Ada alasan mengapa tidak ada invasi bersenjata ke Krimea (pada 2014), karena Krimea penuh dengan banyak penutur bahasa Rusia,” kata mantan pemimpin AS itu kepada Christiane Amanpour dari CNN.
"Ada simpati terhadap pandangan itu. Penduduk Krimea betpandangan bahwa Rusia mewakili kepentingannya," tambah Obama.
Peskov memuji pernyataan Obama tersebut. Menurutnya, ada banyak orang yang mendukung Rusia.
“Memang ada faksi politisi yang cukup besar yang mendukung gagasan mengembangkan hubungan baik dengan Rusia (dan) yang menentang pemberlakuan Russophobia,” kata Peskov.
Namun, mengenai perkiraan Obama tentang jumlah Krimea yang mendukung penyatuan dengan Rusia, Peskov tak sepaham. Menurutnyam Obama perlu menyebut 'mayoritas' bukan hanya sebagian.
"Ini bukan bagian tertentu dari penduduk Krimea, tetapi hampir seluruh penduduk Krimea ingin menjadi bagian dari Federasi Rusia," ujarnya.
Sebagian besar warga Krimea memilih untuk bergabung dengan Rusia dalam referendum yang diadakan pada Maret 2014, tak lama setelah kudeta yang didukung Barat menggulingkan pemerintah yang terpilih secara demokratis di Kyiv.
Banyak penduduk Krimea menolak untuk mengakui otoritas baru di Kyiv dan menyatakan keprihatinan atas potensi 'Ukrainisasi' yang dipaksakan di semenanjung, termasuk diskriminasi terhadap penutur bahasa Rusia.
Ukraina, AS, dan UE mencap pemungutan suara itu ilegal dan menggambarkannya sebagai aneksasi.
BERITA TERKAIT: