Hal tersebut diungkap oleh Badan Intelijen Nasional (NIS) pada Rabu (14/6), dengan menyebut serangan itu bertujuan untuk mencuri informasi dari para pengguna.
Seperti dikutip dari
The Straits Times, Naver merupakan salah satu perusahaan teknologi terkemuka di Seoul, yang menyediakan berbagai layanan untuk digunakan setiap hari oleh banyak warga Korsel, meliputi peta yang mirip dengan Google, layanan keuangan serupa Apple Pay, blog populer, dan forum obrolan.
Dalam laporannnya, NIS menuding bahwa Pyongyang membuat situs phishing serupa dengan tampilan yang mirip, dan diberi nama naverportal.com.
Portal tersebut sengaja dirancang untuk mencuri Naver ID dan kata sandi pengguna Korsel, sehingga informasi itu dapat dengan mudah diakses oleh pihak Korut yang mencuri data pribadi berharga mereka.
"Dengan semakin canggihnya metode serangan peretasan Korea Utara terhadap warga kami, kami meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan," ujar NIS dalam pernyataannya.
Saat ini langkah-langkah awal telah diambil untuk memblokir situs phishing tersebut agar tidak dapat diakses oleh pengguna Korea Selatan.
Sementara itu, menanggapi kasus tersebut Kementerian Luar Negeri Seoul mengumumkan bahwa mereka akan meningkatkan kerja sama dengan Mandiant, sebuah perusahaan keamanan cyber global yang merupakan anak perusahaan Google, untuk secara efektif meningkatkan keamanan platform negaranya.
"Korea Utara terus melakukan serangan siber di berbagai bidang, termasuk pencurian mata uang kripto dan peretasan informasi sensitif di seluruh dunia. Tindakan itu tidak hanya merugikan individu dan perusahaan yang tidak bersalah, tetapi juga menjadi ancaman serius bagi ekosistem teknologi informasi global secara keseluruhan," ujar kementerian itu.
Sejauh ini menurut laporan dari Seoul, Tokyo, dan Washington, Pyongyang diketahui telah mencuri mata uang kripto senilai 1,7 miliar (Rp 25 triliun) pada 2022 lalu, untuk mendukung program persenjataannya, melalui kejahatan dunia mayanya.
BERITA TERKAIT: