Lewat dokumen resmi pada Jumat (26/5), pemerintah mengatakan langkah tersebut bertujuan untuk meningkatkan ekspor beras berkualitas tinggi, memastikan ketahanan pangan dalam negeri, melindungi lingkungan, dan beradaptasi dengan perubahan iklim.
Vietnam sendiri merupakan pengekspor beras terbesar ketiga di dunia, setelah India dan Thailand. Data resmi menunjukkan, pendapatan ekspor beras Vietnam akan turun menjadi hanya 2,63 miliar dolar AS pada 2030, dari 3,45 miliar dolar AS pada 2022.
Ada pun ekspor beras dari Vietnam dalam empat bulan pertama tahun ini naik 40,7 persen dari tahun sebelumnya menjadi 2,9 juta ton
"Meskipun lahan pertanian padi Vietnam menyusut akibat perubahan iklim dan beberapa petani beralih menanam tanaman lain dan beternak udang, strategi tersebut tampaknya terlalu agresif," kata seorang pedagang beras yang berbasis di Ho Chi Minh City pada Sabtu (27/5), seperti dimuat
Channel News Asia.
Di wilayah Delta Mekong, beberapa petani telah mengubah sawah mereka menjadi kebun buah-buahan. Sebagian juga membudidayakan udang karena kenaikan air laut akibat perubahan iklim.
Dalam dokumen pemerintah, mulai 2025, 60 persen ekspor beras Vietnam akan dikirim ke pasar Asia, 22 persen ke Afrika, 7 persen ke Amerika, 4 persen ke Timur Tengah, dan 3 persen ke Eropa.
Pemerintah mengatakan Vietnam akan fokus pada produksi beras berkualitas tinggi, harum dan beras ketan, sambil mengurangi produksi biji-bijian berkualitas rendah menjadi 15 persen dari total produksi pada tahun 2025 dan menjadi 10 persen pada tahun 2030.
BERITA TERKAIT: